Tambo Koto Jolong
Menurut tambo, atau hikayat asal-usul, Nagari Kurai V Jorong yang kemudian menjadi Kota Bukittinggi, berawal dari suatu koto jolong atau perkampungan awal yang terletak di tengah-tengah Luhak Agam yang sekarang menjadi Kabupaten Agam.
Penduduk Nagari Kurai dikatakan berasal dari Nagari Pariangan, Padang Panjang, ialah sebuah Nagari tertua di Minangkabau, yang terletak di kaki Gunung Merapi sebelah selatan. Mereka turun ke Tanjung Alam (Batusangkar), dan sekata untuk segera mencari tempat menetap. Karena itu tiga belas orang meneruskan perjalanan sampai ke sebuah ranah yang diapit oleh dua buah parik. Ranah inilah koto jolongnya yang dinamai Tigo Baleh, sesuai jumlah tiga belas orang penetap (peneruka) pertamanya. Daerah ini sampai sekarang bernama Tigo Baleh .Para ninik mamak yang Tigo Baleh inilah kemudian bersekata merintis derah pemukiman baru bagi anak kemenakan. Suku koto dan suku selayan membentuk jorong Koto Selayan, yang terdiri dari Koto Layan, yang didiami oleh suku Selayan dan Koto Dalam yang didiami oleh suku Koto. Kemudian terbentuk juga jorong-jorong Mandiangin, Guguak Panjang dan Aur Birugo. Segenapnya bersama-sama membentuk Nagari Kurai Limo Jorong. Penduduknya, ‘urang kurai’, menurunkan penduduk penduduk asli kota Bukittinggi. Nagari ini dikenal juga dengan sebutan Kurai Nan Salingka Aua (Nagari Kurai yang Dikelilingi oeh Aur), karena batas-batas antara jorong-jorong, terutama yang bersebelahan dengan nagari tetangga, ditumbuhi “aua” (aur), sejenis bamboo yang berfungsi sebagai benteng.
Masa Nagari (Tahun …. – akhir abad ke-18)
Nagari
Kurai V Jorong terbentuk oleh sebaran daerah permukiman yang ditandai
oleh letak mesjid jamik, balai adat dan lapangan Kurai yang berada di
tengah jorong-jorong yang ada, serta sebuah pakan, ialah Pasar Kurai. Sampai ke akhir abad ke-18, Nagari-nagari di Sumatera Barat bertumpu pada tambang emas dan pertanian.
Sehabisnya
emas, komoditi utama yang menjadi tulang punggung ekonomi Nagari adalah
kopi, yang menjadikannya pusat pengumpul dan penyalur komoditi
tersebut. Kegiatan perdagangan bergeser dari sekitar balai adat dan
lapangan Kurai ke Pakan Kurai di kawasan Bukit Kubangan Kabau, ialah
tempat Pasar Atas dalam kota
Bukittinggi sekarang. Kawasan ini kemudian berkembang sebagai pusat
kekhalayakan dengan berkembangnya kegiatan perdagangan di Pakan Kurai.
Hal ini ditandai juga dengan semakin ramainya pedagang-pedagang
hinterland di sekitar Nagari Kurai untuk berkunjung / berjualan.