Rizal Ramli, PENDIRI RUMAH
PERUBAHAN
SUMBER : SUARA KARYA, 10 Maret 2012
Indonesia kini bukan cuma negeri autopilot, melainkan negeri tanpa
pilot. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dinilai bukanlah pilot yang
sebenarnya. Pasalnya, selama tujuh tahun memerintah, dia sama sekali tidak
menunjukkan kualitas seorang pemimpin yang mampu membawa Indonesia menjadi
negara besar dan rakyatnya sejahtera sesuai amanat konstitusi.
Bahkan, pemimpin bangsa ini dinilai tidak mempunyai terhadap
rakyat. Istilah negara autopilot mencuat sejak beberapa pekan silam. Ini untuk
menggambarkan negara bak berjalan sendiri tanpa kontribusi pemerintah.
Indikasinya rakyat dibiarkan memecahkan berbagai persoalan yang membelit mereka
tanpa bantuan pemerintah. Negara juga sering absen pada saat terjadi berbagai
kekerasan yang terjadi, baik yang dilakukan aparat keamanan maupun sesama warga
negara.
Tokoh gerakan perubahan nasional yang juga pendiri Rumah
Perubahan, Rizal Ramli mengibaratkan Negara Indonesia seperti orang yang kena
kanker stadium 4. Pada tahap ini, penyakit tidak bisa lagi diobati dengan
cara-cara biasa. Kanker seganas ini harus dihilangkan dengan operasi, kalau
perlu dengan cara mengamputasi bagian yang terserang kanker. Setelah itu masih
harus menjalani kemoterapi agar sel-sel kankernya benar-benar mati.
"Perbaikan Indonesia tidak bisa lagi dilakukan dengan
cara-cara biasa. Harus ada perubahan total dan mendasar. Kemarin saya di
Universitas Lampung bersama teman-teman mahasiswa. Mereka sudah ikut komit ikut
dalam gerakan perubahan. Komitmen serupa juga datang dari teman-teman buruh,
aktivis, nelayan, aparat desa, seniman, budayawan dan lain-lain. Kita harus
menghentikan kerusakan ini sekarang juga," ujar Rizal Ramli.
Rizal Ramli juga dikenal berani mengambil keputusan yang bersifat
terobosan, tidak konvensional tapi juga rasional dan implementatif. Dalam waktu
yang sangat singkat, hanya 15 bulan, di era pemerintahan Presiden Gus Dur,
Rizal Ramli berhasil melakukan sejumlah terobosan yang efektif untuk mendorong
reformasi institusional, restrukturisasi sektoral maupun korporat, serta
melakukan percepatan pemulihan ekonomi.
Berikut ini sejumlah pemikiran lainnya yang disampaikan Rizal
Ramli saat diwawancarai wartawan Harian Umum Suara Karya Rully
Ariefandi dan fotografer Annisa Maya di kediamannya, beberapa waktu
lalu.
Menurut Anda bagaimana kondisi bangsa ini?
Kondisi bangsa ini sudah sangat parah. Pemerintah sudah tidak lagi
berpihak kepada rakyat. Banyak anggota masyarakat menderita, sementara
keberpihakan pemerintah hanya dirasakan oleh kelompok yang berada di zona
nyaman. Dalam hal ini adalah asing dan para anteknya. Dan, kelompok masyarakat
yang lain yang berada di zona menderita harus terus menanggung beban.
Dengan kondisi tanpa pilot yang terjadi saat ini, maka jelas
pesawat bisa salah arah dan jatuh membahayakan penumpangnya. Dan, jelas saat
ini, pemerintahan meskipun ada namanya tetapi tidak dirasakan oleh masyarakat,
karena tidak ada keberpihakan. Masyarakat tetap susah dalam memperoleh
pendidikan, memenuhi kebutuhan hidupnya dan juga memperoleh lapangan pekerjaan.
Anda sering berbicara dengan rakyat?
Saya suka berpergian ke mana-mana. Jadi, suka terharu karena
dibebani. Saya sering berpergian ke Sumatera. Kita lihat jalanan umum sangat
tidak layak untuk bisa dilalui. Saya juga sering berbicara dengan rakyat biasa,
seperti sopir taksi, tukang ojek di warung-warung dan lain-lainnya. Kesemuanya
mengeluhkan susahnya beban hidup mulai dari biaya pendidikan anak hingga
kebutuhan hidup.
Bahkan saya bertemu dengan pekerja lokal di perusahaan asing
migas, yang meskipun hidupnya jauh lebih mapan, tetapi tidak terima jika
Indonesia diperlakukan seperti ini. Sudah rusak, semua dirampok. Rakyat gak
dapat apa-apa. Dia minta tolong, rakyat sangat ingin perubahan secepatnya.
Apa alasan Anda terus mengusung perubahan?
Pemimpin saat ini kita juluki PKK (pendusta, korup, dan
kekerasan). Dia membangun istana kertas yang direkatkan dengan politik
pencitraan. Namun, begitu para tokoh lintas agama sudah menjuluki dia sebagai
pembohong, maka istana itu hancur berantakan. Belakangan, rezim ini juga
terbukti korup, membunuh rakyat, dan melakukan pembiaran terjadinya kekerasan
terhadap rakyat, baik yang dilakukan aparat maupun secara horizontal.
Mengapa perubahan itu perlu dilakukan?
Pertama, rezim ini sangat koruptif yang dilakukan secara massif
dan sistematis. Kedua, kerusakan moral dan hukum terus terjadi dan meluas.
Ketiga, terkuras dan rusaknya SDA yang sangat merugikan bangsa dan rakyat
Indonesia. Keempat, ancaman terjadinya disintegrasi bangsa seperti di
Papua,Aceh, dan lainnya. Kelima, makin meningkatnya ketidakpercayaan rakyat,
termasuk di daerah-daerah, terhadap rezim SBY. Jadi, negeri ini tidak hanya
terancam rusak dari sisi finansial, tapi juga dari sisi moral, hukum, sumber
daya alam (SDA), dan terancam disintegrasi dalam kehidupan berbangsa.
Anda punya hitung-hitungannya?
Bukan rahasia lagi sekitar 20 persen anggaran pembangunan sudah
dikorupsi sejak di tingkat pusat. Sedangkan dalam realisasinya di lapangan,
anggaran yang sudah dikorup itu masih dikorupsi lagi hingga 30 persen. Pada
Data Pokok APBN 2011 yang diterbitkan Kementerian Keuangan, disebutkan belanja
pemerintah pusat mencapai Rp 908 triliun. Dipotong untuk membayar cicilan pokok
dan bunga utang yang sekitar Rp 300 triliun, maka masih ada Rp 600 triliun.
Jika sejak disusun anggarannya sudah dikorupsi, maka sedikitnya Rp 120 triliun
dana yang raib. Ditambah dengan korupsi di tingkat pelaksanaan yang mencapai 30
persen, maka jumlah itu masih harus ditambah lagi dengan Rp 144 triliun. Dengan
demikian, jumlah uang rakyat yang dikorupsi rezim ini sekitar adalah Rp 264
triliun setiap tahun.
Itu baru tahun. Kalau Presiden SBY menjabat hingga 2014, maka
angkanya harus dikali 3 lagi. Silakan hitung sendiri. Wajar saja jika anggaran
pembangunan selama tujuh tahun SBY memerintah, tidak mampu meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Padahal, nilai anggaran itu telah naik sekitar tiga kali
lipat. Belum lagi, sebab lain, yaitu tidak tepat dan efektifnya program yang
digulirkan pemerintah. Seharusnya kita bisa melakukan banyak hal. Membangun
ribuan kilometer jalan tol, jembatan, sekolah, irigasi, dan bermacam infrastruktur
untuk meningkatkan perekonomian rakyat. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar