Selasa, 17 April 2012

"SEKILAS TENTANG DEMOKRASI TERPIMPIN DAN EKONOMI TERPIMPIN


"SEKILAS TENTANG DEMOKRASI TERPIMPIN DAN EKONOMI TERPIMPIN" yang kerap kali ditanyakan oleh Kaum Mahasiswa, Kaum Buruh, Kaum Tani, Kaum Nelayan bahkan Kaum Pengusaha Nasional yang berjiwa Nasionalis dalam berbagai pertemuan, dialog dan seminar terbatas yang biasanya tidak terliput oleh Media Massa Nasional yang hampir sebagian besar telah dikuasai oleh Kaum Kapitalis/Liberalis. Namun hanya melalui beberapa goresan tangan dan pikiran Alhamdulillah melalui media sosial Facebook ini dapat saya menulis karya dan pokok2 pikiran dari sebagian kecil Ajaran2 Ayahanda Bung Karno khususnya sekilas tentang Demokrasi Terpimpin dan Ekonomi Terpimpin. Walaupun saya sadari bahwa Penyelenggara Facebook ini juga adalah bagian dari Kaum Kapitalis internasional, namun hebatnya mempunyai jiwa yang besar dan jiwa sosial kemanusiaan yang tinggi. Bahwa membahas Demokrasi Terpimpin dan Ekonomi Terpimpin tentu tidak dapat dilepaskan sama sekali dengan kata "Gotong Royong" yang merupakan suatu pernyataan perasaan dan pengertian demokrasi yang tinggi dari Bangsa Indonesia. Perasaan kekeluargaan dan kemasyarakatan sebagai sendi2 Masyarakat demokratis dan sosialistis tercermin dengan jelas dalam pengertian dan praktek Gotong Royong. Sebab itu Bung Karno seringkali menyinggung dalam Pidatonya tentang lahirnya Pancasila membuktikan bahwa apabila Pancasila itu diperas menjadi Ekasila yang isinya adalah Gotong Royong. Kita semua mengetahui bahwa Pancasila adalah dasar negara kita. Dengan lain perkataan dasar Negara adalah "Gotong Royong." Inilah hakekatnya apa yang disebut "Sosialisme Indonesia", yakni Sosialisme yang sesuai dengan keadaan2 di Indonesia. Jadi kalau kita akan membicarakan soal politik dan ekonomi Indonesia, tidak boleh tidak tentu kita harus membicarakan soal yg hakiki, gotong royong atau Sosialisme ala Indonesia tersebut. Apa hubungannya uraian singkat ini dengan demokrasi dan ekonomi terpimpin? Hubungannya erat sekali bahkan "mutlak adanya." Demokrasi Terpimpin adalah "pelaksanaan politik" sedangkan Ekonomi Terpimpin adalah "pelaksanaan ekonomi" daripada paham "Gotong Royong." Demokrasi Terpimpin adalah cermin daripada Ekonomi Terpimpin di lapangan politik. Singkatnya bahwa penjelasan dan pelaksanaan2 politik dan ekonomi di atas dasar PANCASILA atau Ekasila (Gotong Royong) adalah merupakan suatu Masyarakat yang adil dan makmur. Jadi perkataan "Terpimpin" adalah lawan daripada perkataan "Liberal." Kedaulatan Rakyat sebagai Sila Ke empat daripada Pancasila adalah sumber pengertian demokrasi di Indonesia, sedangkan Pasal 33 UUD 1945 adalah "sumber pelaksanaan ekonominya." Menggunakan istilah demokrasi terpimpin adalah perlu "untuk mencegah penyelewengan demokrasi dan ekonomi menjadi "liberal" atau semau-maunya dan untuk mencegah praktek dan penafsiran yang sewenang-wenang untuk menyengsarakan dan memiskinkan Rakyat kebanyakan." Dalam pengertian Gotong Royong yang tersimpul makna yang luas dan dalam mengenai politik ekonomi adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Jadi praktek demokrasi ekonomi terpimpin adalah suatu keadilan dan kemakmuran yang menyeluruh untuk segenap Rakyat Indonesia tanpa terkecualinya. Bung Karno berkata, "Saudara2 harus ingat dan camkan baik2 bahwa segolongan Kapitalis dengan senjata uangnya "dapat membeli demokrasi kita" dan "dapat menguasai ekonomi kita khususnya menjarah dan menggaruk habis2an kekayaan alam Indonesia. Cecunguk2 Pengusaha Nasional kita yang anasionalis yang berkonspirasi busuk dengan Cecunguk2 Pengusaha Asing dus di belakanya adalah Negaranya, dengan menggunakan taktik musang berbulu ayam adalah hanya menguntungkan dan memperkaya mereka sendiri, memperkaya Bangsa Asing tapi sebaliknya memiskinkan Rakyat Indonesia dan menghancurkan ekonomi Indonesia. Cara seperti itu jelas bukan Gotong Royong, tetapi "penindasan" sekali lagi saya katakan sebagai penindasan terhadap Rakyat Pekerja kita (Kaum Buruh Industri dan Kaum Buruh Tani) oleh golongan2 yang memiliki modal (kapital) dengan tindakan mereka yang sewenang-wenang. Itu adalah cara2 "Nekolim" yang mau berusaha lagi menjajah Bangsa Indonesia tapi dengan cara menjajah perekonomian kita. Itu sebab saya berkali-kali katakan kepada Saudara2 bahwa betapa berbahaya taktik dan cara2 Nekolim tersebut. Bahkan suatu saat mereka akan berusaha mematikan dan memadamkan api Revolusi Indonesia dan suatu kelak nanti akan memasang boneka2nya untuk menjadi Pemimpin di Negeri kita ini supaya mempermulus kegiatan2 mereka itu." Jelas di sini bahwa hikmat daripada makna dan hakikat Gotong Royong itu sejatinya dan pada pokoknya "menentang Kapitalisme/Liberalisme dan melawan Imperialisme Ekonomi dalam segala bentuknya (manifestasinya). Bung Karno juga seringkali mengatakan, "bahwa Demokrasi dan Ekonomi Terpimpin bukan sekedar pengertian yang mati tetapi adalah dimanifestasikan ke dalam jiwa perjuangan Bangsa Indonesia yang berusaha melepaskan diri dari penindasan Kapitalisme-Imperialisme dan membina suatu Masyarakat yang adil dan makmur di antara Bangsa2 di dunia secara sama hak, berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah." Demokrasi Terpimpin itu adalah demokrasi yang pengakuan adanya "Pemimpin." Bukanlah terpimpin untuk menghilangkan unsur demokrasi, tetapi terpimpin untuk "melawan sifat2 liberalnya daripada demokrasi itu sendiri." Tujuan utama justru menyingkirkan perusak2 demokrasi yang berdalih demokrasi yang dengan demikian berbuat anarkhis dan pengacauan di bidang ekonomi (monopoli swasta di bidang ekonomi dari hulu hingga hilir). Memang atas nama demokrasi harus dihormati hak2 demokrasi daripada Rakyat dengan sumber pengertian demokrasi yang terdapat pada Sila Ke empat dari Pancasila yakni "Kedaulatan Rakyat." Betapapun pengertian demokrasi, tindakan2 yang bertentangan ataupun yang menggaduhkan kepentingan bersama, bagaimanapun dan dalam keadaan apapun bisa ditindak, kalau perlu ditumpas dan jangan ada di Indonesia." Artinya "Terpimpin" menunjukkan pendirian yang tegas dan sikap hidup yang nyata, yakni "memberikan pimpinan kepada Rakyat dan melawan musuh2 Rakyat bersama Rakyat." Dalam bidang ekonomi, pimpinan ini lebih jelas lagi mempunyai sasaran dan perlindungannya. Temanya adalah sama seperti penjelasan mengenai demokrasi tetapi sasarannya lebih konkrit. Sebenarnya Ekonomi Terpimpin adalah "Ekonomi Gotong Royong" yang menjamin kemakmuran Rakyat serta melenyapkan sisa2 Sistem Feodalisme dan Imperialisme dengan penghisapan2nya. Ekonomi Gotong Royong atau Ekonomi Sosialis ala Indonesia adalah "Ekonomi Kemakmuran Bersama," yang "anti Feodalisme dan Imperialisme." Pimpinan dalam taraf pertama adalah untuk menumbangkan Rejim2 yang berbau dan terindikasi Kapitalisme/Liberalisme, dimulai dari Kapitalis2 monopoli dan selanjutnya sehingga pada akhirnya Kapitalisme dalam prinsipnya dapat ditiadakan. Sebab Sistem ekonomi Kapitalistik/Liberalistik tersebut secara demi tahap akan merusak dan menghancurkan ekonomi nasional kita. Pengrusakan tata ekonomi nasional Indonesia dimulai dari perkotaan kemudian sampai ke pedesaan, sehingga segala kebutuhan hidup Rakyat dari kelas atas, menengah sampai kelas bawah "semuanya bergantung pada ekonomi pasar internasional yang dikendalikan oleh Kaum Kapitalis dunia internasional." Artinya tanpa kita sadari bahwa nafas kehidupan seluruh Rakyat Indonesia telah dikuasai oleh Bangsa Asing. Yang sangat mengherankan bahwa Pemerintah kita saat ini justru mengadopsi sistem Kapitalisme/Liberalisme untuk masuk dalam semua perundang-undangan sehingga justru menjadikan "payung hukum" bagi tumbuh suburnya Ekonomi Kapitalistik/Liberalistik yang jelas2 akan menghancurkan ekonomi nasional kita. (bom waktu). Mungkin Pemerintah sekarang ini hanya memikirkan kepentingan oknum2/individu2 mereka dan Konco2nya dan tanpa memikirkan nasib dan kepentingan Rakyat kebanyakan yang semakin hari hidupnya semakin miskin melarat dan tinggal menunggu mati kelaparan atau mengadakan Revolusi Sosial untuk turun ke jalan2 dengan alasan meminta makan karena perut lapar. Kalau sebaliknya Pemerintah kita saat ini memakai atau menggunakan "Sistem Ekonomi Terpimpin atau Sistem Ekonomi Gotong Royong atau Sistem Ekonomi Pancasila atau Sistem Ekonomi Sosialis ala Indonesia, yang diselenggarakan sesuai dengan kaidah2 di Indonesia maka jelas Rakyat akan memperoleh kedaulatan dan keadilan di bidang ekonomi dimaksud. Rakyat bisa menikmati bersama-sama dan merasakan atau mencicipi hasil kekayaan alam Indonesia dan bukan sebaliknya seperti keadaan sekarang ini yang hanya dinikmati oleh Pengusaha2 Nasional yang merupakan "Boneka atau kaki tangan" atau "perpanjangan tangan" dari Pengusaha2 Asing yang sebenarnya mengatas namakan Negaranya (modal berasal dari Pemerintahannya) sehingga otomatis hanya memperkaya Bangsa2 Asing dan bukan memakmurkan Bangsa/Rakyat Indonesia. Pemerintah kita saat ini harus ingat dan camkan bahwa paham dan pelaksanaan Ekonomi Gotong Royong dimaksud tidak akan pernah menjadi usang dengan kemajuan jaman. Sebab Gotong Royong dalam politik dan ekonomi inilah yang tetap mempertahankan kesatuan yang kokoh dan persatuan yang bulat daripada Bangsa Indonesia. Sekali lagi mengutip kata2 Bung Karno, "bahwa untuk mengatasi rintangan2 dalam pelaksanaan Demokrasi Terpimpin dan Ekonomi Terpimpin maka "jiwa dan semangat Revolusioner dari seluruh Rakyat Indonesia harus dipersegarkan dan dikobar-kobarkan lagi" sebab tujuan Revolusi Indonesia harus digariskan lebih nyata dan jelas selain pada bidang kebudayaan, sosial dan politik terutama di lapangan ekonomi. Itulah sebabnya mengapa demokrasi dan ekonomi Indonesia tidak boleh Liberal, tetapi harus terpimpin. Sebab dipimpin oleh semangat Revolusi dan tujuan Rakyat yang revolusioner dann oleh Pemimpin Revolusi yang sejati." Akhirnya disimpulkan di sini bahwa hikmat daripada pelaksanaan Demokrasi Terpimpin dan Ekonomi Terpimpin adalah mewujudkan suatu Masyarakat sosialis gotong royong, sosialisme ala Indonesia, masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. # (Dipersembahkan oleh Dr. Gempar Soekarnoputra,S.H, diambil dari beberapa cuplikan Pidato Ayahanda Bung Karno terkait dengan Demokrasi Terpimpin dan Ekonomi Terpimpin).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar