Sabtu, 28 April 2012

Mr. Syafruddin Prawiranegara,Presidenyang terlupakan sedjarah.

 


Dalam sejarahnya, Negara Indonesia pernah mengalami pergantian sistem pemerintahan. Dari kesatuan berubah menjadi serikat dan berubah kembali menjadi kesatuan hingga kini.
Demikian juga dengan pemimpinnya atau presidennya. Selama 63 tahun berdiri sebagai Negara, telah terjadi berkali-kali pergantian pemimpin di Indonesia. Mulai dari ir. Soekarno hingga Susilo Bambang Yudhoyono sekarang.

Sebagai penjabat presiden,umumnya orang Indonesia hanya mengenal Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurahman Wahid, Megawati Soekarno Putrie dan Susilo Bambang Yudhoyono. Padahal masih ada dua lagi presiden Indonesia dan jarang sekali disebut. Yakni Syafrudin Prawiranegara dan Mr. Asaat.

Dua orang ini pernah menjabat sementara ketika eranya Soekarno. Syafrudin Prawiranegara menjabat Presiden/ketua PDRI (Pemerintahan DaruratRepublik Indonesia) ketikaSoekarno dan M. Hatta ditawan Belanda dan ketika ibukota Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda. Agar pemerintahan tetap eksis dan berjalan, akhirnya dibentuklah PDRI dengan Syafrudin Prawiranegara sebagai penjabat presiden.Syafrudin menjabat Presiden Indonesia Darurat sejak 19 Desember 1948 hingga 13 Juli 1949.
Tak banyak catatan yang bisa dinukil dari Mr. Asaat. Apalagi setelah PKI semakin besar dan punya pengaruh kuat kepada Soekarno. Nama Mr. Asaat seolah hilang dari hingar bingar politik masa itu. Ia tercatat pernah menjabat sebagai ketua KNIP dan lama tinggal di Yogyakarta.Mr. Asaat menjabat Presiden sejak 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950. Selama menjabat presiden ia menandatangi statuta pendirian Universitas Gadjah Mada. Namanya kembali mencuat saat ia bergabung dalam PRRI (Pemerintahan Revolusioner Indonesia) dan ditangkap. Dia diadili dan dijatuhi hukuman 4 tahun penjara atas dakwaan makar. Pria sederhana ini meninggal dunia pada tahun 1976 di rumahnya yang sederhana di Warung Jati, Jakarta Selatan.

Jumat, 27 April 2012

Sejarah Tan Malaka di Balik Lemari

 
July 28, 2008
Oleh: Febrianti/PadangKini.com
PADA pagi yang masih berkabut di Bukittinggi, kami bersiap berangkat mengunjungi rumah Tan Malaka di Pandan Gadang, Limapuluh Kota, sekitar 80 kilometer ke arah utara Bukittinggi.
Saya duduk di sebelah sejarawan Belanda Harry A. Poeze, seorang peneliti yang mencurahkan waktu selama 30 tahun untuk Tan Malaka. Teman seperjalanan lainnya adalah Zulhasril Nasir, guru besar Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia, Roger Tol, direktur KITLV Jakarta dan Eri Ray, seniman Padang yang kami tumpangi mobilnya.

Sementara di belakang, dengan bus pariwisata, ada 28 peserta lain yang akan mengunjungi rumah Tan Malaka, di antaranya sejarawan Mestika Zed, mahasiswa sejarah, mahasiswa seni, dan guru. Keluarga Tan Malaka memperingati 59 tahun kematian pejuang revolusioner itu tepat 21 Februari lalu.
Mobil dan bus mulai beriringan keluar dari halaman hotel tempat kami menginap. Tiba-tiba Harry Poeze berkata kepada Eri Ray.
“Bisakah kita sebentar ke sekolah Tan Malaka, saya ingin melihat lagi sekolah itu dan ambil beberapa gambar,” katanya.
Mobil berbelok ke SMA Negeri 2 Bukittinggi, sementara bus terus melanjutkan perjalanan ke Pandan Gadang. Gedung sekolah Tan Malaka semasa di Kweek School masih kokoh berdiri, kini berubah menjadi SMA Negeri 2 Bukittinggi.
Dulunya sekolah ini juga dinamai Sekolah Raja, karena hanya anak-anak Belanda dan anak bangsawan pribumi atau anak orang kaya yang bisa bersekolah di tempat ini, salah satunya Tan Malaka.
Tan Malaka sekolah di Kweek School selama enam tahun dan lulus dengan nilai baik, karena dia anak terpintar dari semua teman sekolahnya. Ia lalu melanjutkan sekolahnya ke Belanda.
Harry A. Poeze turun dan memeriksa dinding ruang guru mencari-cari sesuatu.
“Saya mencari prasasti sekolah ini dan prasasti yang menerangkan tentang Nawawi Sutan Makmur yang pernah menjadi satu-satunya guru pribumi di tempat ini,” kata Harry.
Prasasti yang dicari-cari akhirnya ketemu. Prasasti yang menempel di dinding yang menerangkan pendirian Kweek School tahun 1873-1908. Sementara itu satu prasasti lagi yang menerangkan tentang Engku Nawawai Sutan Makmur yang pernah menjadi guru di Kweek School tersembunyi di balik lemari.
Melihat itu, Zulhasril Nasir, penulis buku Tan Malaka dan Gerakan Kiri Minangkabau geleng-geleng kepala.
“Ini aset lho Pak Guru, kok malah ada di balik lemari, harusnya kita hargai, ini malah orang Belanda yang lebih menghargai bangsa kita,” sindirnya kepada guru-guru yang ada di ruangan itu.
Asrama Tan Malaka Menjadi Asrama Polisi
Kepala SMA Negeri 2 Bukittinggi Muslim mengatakan kepada Harry Poeze, ia sendiri tidak tahu sejarah sekolahnya. Harry tersenyum mendengarnya. Budi Fitriza, guru sejarah sekolah itu malah bercerita, pernah memberi tugas kepada siswanya untuk menuliskan sejarah sekolah itu, dan siswanya membuat laporan berdasarkan bahan di internet.
“Beri alamat email Anda, nanti saya kirimkan foto-foto sekolah ini dan sejarahnya dari Belanda, sekolah ini pantas ditukar namanya menjadi Sekolah Tan Malaka,” kata Harry.
Dari informasi Kepala Sekolah diketahui, asrama yang pernah ditempati Tan Malaka saat bersekolah dulu masih ada, tapi kini sudah menjadi asrama polisi di belakang sekolah.
“Saya senang, sekolah ini masih tetap berdiri, tidak hancur karena perang dan gempa bumi, padahal sudah satu abad, luar biasa,” kata Harry saat kami keluar dari gerbang sekolah.
Kami meneruskan perjalanan ke Payakumbuh sambil memakan kerupuk sanjai, dakak-dakak, dan paniaram, makanan khas Payakumbuh. Harry Poeze mencicipi sepotong paniaram, kue yang terbuat dari tepung beras dan gula aren.
“Rasanya mirip salah satu kue di Belanda,” kata pencinta masakan Indonesia ini.
Harry beruntung karena salah satu anak lelakinya punya istri orang Indonesia dan kini tinggal di Surabaya.
“Tiap ke sini saya diundang makan masakan tradisional Indonesia di rumah mereka,” katanya.
Perjalanan mengunjungi kampung halaman Tan Malaka bagi Harry Poeze juga seperti menapaki jejaknya sendiri. Saat pertama kali berkunjung, pada 1976 ia datang bersama istrinyam Henny Poeze untuk memulai penelitiannya ke kampung Tan Malaka.
“Waktu itu saat sampai di Suliki, sekitar 10 km dari Pandan Gadang, kami bertemu dua serdadu dan melarang kami ke Pandan Gadang, serdadu itu mengatakan desa itu terlarang dimasuki, tetapi saya dan Henny berpura-pura menjadi turis biasa yang tidak tahu bahasa Indonesia, akhirnya kami berhasil ke Pandan Gadang,” kenang Harry.
Di rumah Tan Malaka ia bertemu dengan keponakan Tan Malaka yang menempati rumah tua itu. Di kampung itu ia menggali masa kecil Tan Malaka dengan penduduk yang masih mengenal tokoh itu.
Jejak Tan Malaka di 2 Benua
“Tan Malaka orang yang luar biasa dan petualangannya sangat menarik, saya harus melintasi 2 benua dan 11 negara untuk mencari jejak sejarahnya, jejaknya ada di mana-mana,” kata Harry memberi alasan ketertarikannya kepada Tan Malaka.
Ia menghabiskan waktu selama 30 tahun untuk meneliti Tan Malaka. Termasuk 10 tahun untuk menulis buku Tan Malaka, Dihujat dan Dilupakan, Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia 1945-1949 yang diluncurkan Juli tahun lalu dalam bahasa Belanda.
Sedangkan dalam bahasa Indonesia saat ini masih diterjemahkan dibagi dalam 6 jilid. Jilid pertama menurut Harry direncanakan akan terbit tahun ini.
Dari Payakumbuh, kami melewati Jalan Tan Malaka, salah satu jalan utama di Kota Payakumbuh arah ke luar kota. Jalan raya ini terbentang sepanjang 48 kilometer dari Pusat Kota Payakumbuh hingga ke Koto Tinggi di Kabupaten Limapuluh Kota. Jalan dengan aspal mulus ini akan melewati rumah Tan Malaka di Pandan Gadang.
Keluar dari Kota Payakumbuh, pemandangan pedalaman Ranah Minang yang asri mulai terhampar di depan mata. Roger Tol tak berhenti berdecak kagum. Pemandangan yang kami lewati memang amat menawan, lembah dengan sawah yang menghijau terbentang di kaki bukit, dipagari pohon-pohon kelapa. Di belakangnya berlapis-lapis bukit hijau dan biru menjadi latar yang indah ditambah dengan langit berawan putih di atasnya.
“Ini seperti sorga, kenapa Tan Malaka meninggalkan tempat seindah ini?” kata Roger Tol kepada Harry.
Harry tersenyum memandang ke luar jendela. “Dia kan harus pergi merantau,” jawabnya.
Sampai di Pandan Gadang kami disambut keluarga besar Tan Malaka yang mengenakan pakaian adat. Henri, seorang keluarga keturunan Tan Malaka dari garis ibu kini mewarisi gelar Datuk Tan Malaka yang menambah panjang namanya menjadi Henri Datuk Tan Malaka. Ia mengenakan pakaian datuk kuning terang.
Rumah Tan Malaka hanya sekitar 100 meter menuruni jalan setapak dari jalan raya. Ada rumah adat minang bergonjong dan tua. Di bagian depan teras tertulis ‘Tan Malaka’. Rumah itu adalah rumah adat Tan Malaka yang dihuni turun-temurun oleh keluarganya dari pihak ibu, sesuai garis keturunan materilineal di Minangkabau.
Rumah ini terletak di lembah yang subur. Suasana amat tenang, hanya suara air yang mengaliri sawah yang terdengar. Di tepi sawah dan diapit puluhan pohon kelapa yang tinggi, terpencil dari rumah lainnya. Di depan rumah terdapat 11 kolam ikan yang ditumbuhi teratai, dan berair jernih. Di depan rumah menjulang bukit yang hijau ditumbuhi pohon dan perdu.
Acara Tanpa Bantuan Pemerintah
Untuk memperingati kematian Tan Malaka, keluarga besarnya menggelar tahlilan selama satu jam. Keluarga besar Tan Malaka, KITLV dan Pusbitdem (Pusat Studi Penerbit dan Pustaka Demokrasi) menggelar acara ini tanpa bantuan pemerintah. Sehari sebelumnya, mereka juga menggelar seminar di Bukittinggi tentang Tan Malaka.
“Kita mencoba menanam benih, mudah-mudahan ini tumbuh besar,” kata Asmun A. Sjueib, ketua panitia.
Diawali dengan pantun petatah petitih Minangkabau dan irama talempong, museum sederhana itu diresmikan oleh Direktur Nilai Sejarah Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Magdalia Alfian.
Enam bulan lalu rumah ini masih dihuni Indra Ibnur Ikatama dan keluarganya. Indra adalah satu-satunya keturunan keluarga Tan Malaka dari garis ibu yang tinggal di kampung. Indra adalah cicit saudara perempuan dari ibu Tan Malaka.
Ibu Tan Malaka bernama Sinah, hanya memiliki dua anak laki-laki, Ibrahim Datuk Tan Malaka (Tan Malaka) dan adiknya Kamaruddin. Sinah hanya dua bersaudara dengan Janah, juga perempuan. Indra adalah cicit dari Janah.
Rumah bagonjong milik keluarga Tan Malaka masih kokoh berdiri. Atapnya seng bergonjong 5 dengan banyak jendela berkaca patri. Beberapa kaca sudah pecah. Dindingnya kayu dan anyaman bambu. Lantainya juga kayu.
“Rumah ini dibangun sejak 1826, namun Tan Malaka lahir di rumah surau yang kini sudah menjadi sawah, saat dia diangkat menjadi datuk, baru dibawa ke rumah ini,” kata Ani Zarni salah seorang keluarga Tan Malaka.
Harry Poeze disambut bak teman lama keluarga. Semua keluarga Tan Malaka sudah mengenalnya. Ia menyerahkan bukunya yang beratnya 5 kilogram itu untuk koleksi pustaka.
“Pak Harry sering ke rumah saya di Jakarta, dan tiap kali makan masakan Minang selalu minta catatkan resepnya,resep rendang, resep pangek ikan, pokoknya apa saja yang baru saya disuruh catat,” kata Anna Yuliar, adik Ani Zarni.
Saat naik ke rumah ini, menaiki undakan setinggi 1,5 meter, ruang tamu dan ruang keluarga terlihat sudah menyatu tanpa sekat. Di dalamnya kini ada lemari kaca yang menyimpan buku-buku Tan Malaka dan buku-buku yang membahas Tan Malaka. Koleksi lainnya adalah baju Tan Malaka saat menjadi datuk, piringan hitam dan pemutarnya, tempat tidur dan foto-foto Tan Malaka.
Menurut Ani Zarni, pada masa pemberontakan PRRI, rumah gadang ini pernah menjadi dapur umum untuk pejuang PRRI.
“Saya masih ingat saat itu berumur 10 tahun, kami lari ke bukit dan saya dipaksa menembakkan senapan dari atas bukit,” kata Ani Zarni.
Buku-bukunya Dibakar
Dimasa itulah buku-buku dan barang pribadi Tan Malaka terpaksa banyak yang dibakar, untuk menghilangkan jejak agar tidak disangka pemberontak.
Untuk memastikan kematian Tan Malaka, keluarga Tan Malaka sudah sepenuhnya menyerahkannya kepada Harry Poeze untuk mengurusnya.
“Tahun lalu saya sudah tanyakan tentang kemungkinan pembongkaran kuburan yang kita duga kuburan Tan Malaka, dan pihak keluarga sudah setuju, Menteri membentuk tim, tapi sampai kini masih belum ada penyelesaian,” kata Harry.
Sejarawan Mestika Zed yang ikut dalam rombongan, mengaku terkesan melihat rumah Tan Malaka karena ini kedatangannya yang pertama.
“Saya termasuk orang yang kelam jalan ke sini, dan tempat ini sangat indah, sebuah lembah yang punya ruangan yang sangat sehat dan lingkungan yang jarang didapat, saya terkesan dengan lingkungan ini, tapi juga punya korelasi dengan si tokoh dalam arti memberikan inspirasi untuk seorang tokoh, saya kira lingkungan seperti ini akan melahirkan generasi yang sehat karena lingkungannya enak,” katanya.
Lewat tengah hari kami pulang. Harry mengaku senang sekali karena rumah Tan Malaka kini sudah dijadikan museum.
“Berarti ada kemajuan dan lebih mudah mengumpulkan barang-barang yang berhubungan dengan Tan Malaka,” katanya.
Dalam perjalanan pulang beberapa kali ia minta berhenti dan memotret kampung halaman Tan Malaka yang indah itu. (febrianti)

Rabu, 25 April 2012

Injit Injit Semut (The Mercy's)



Pelantikan Soekarno sebagai Presiden



Kabinet Pertama Indonesia

Kabinet Presidensial adalah kabinet pertama yang dibentuk di Indonesia setelah Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Kabinet pertama ini hanya bersifat formal saja dan belum bisa melaksanakan roda pembangunan dan pemerintahan.
Nama kabinet pertama ini yang juga sering dieja Kabinet Presidentiil. Dinamakan demikian karena setelah merdeka, Indonesia menerapkan sistem presidensial di mana presiden berfungsi sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan.

Anggota kabinet

Masa bakti: 2 September-14 November 1945
No. Jabatan Nama Menteri
1
Menteri Luar Negeri
Achmad subardjo.jpg
Mr. Achmad Soebardjo
2
Menteri Dalam Negeri
Wiranatakusumah.jpg
R.A.A. Wiranatakoesoema V
Wakil Menteri Dalam Negeri
Mr. Harmani
3
Menteri Keamanan Rakyat1
(a.i.) Soeljadikoesoemo
4
Menteri Kehakiman
Supomo.jpg
Prof. Dr. Soepomo
5
Menteri Penerangan
Amir syarifudin.jpg
Amir Sjarifuddin
Wakil Menteri Penerangan
Ali sastroamidjojo.jpg
Ali Sastroamidjojo
6
Menteri Keuangan
Dr. Samsi Sastrawidagda2
7
Menteri Kemakmuran
Surachman tjokroadisurjo.jpg
Ir. Soerachman Tjokroadisoerjo
8
Menteri Perhubungan
Abikusno tjokrosujoso.jpg
Abikoesno Tjokrosoejoso
9
Menteri Pekerjaan Umum
10
Menteri Sosial
Iwa kusumasumantri.jpg
Iwa Koesoemasoemantri
11
Menteri Pengajaran
Ki hajar dewantara.jpg
Ki Hadjar Dewantara
12
Menteri Kesehatan
Boentaran martoatmodjo.jpg
Dr. Boentaran Martoatmodjo
13
Menteri Negara3
Mohammad Amir
Wahid hasjim.jpg
Wahid Hasjim
(Urusan Agama)
Sartono.jpg
Mr. Sartono
Aa maramis.jpg
A. A. Maramis 4
Otto Iskandar Dinata.jpg
Otto Iskandardinata
Catatan:
  1. Kabinet ini tidak memiliki Menteri Keamanan Rakyat karena Soeprijadi yang diangkat menjadi Menteri Keamanan Rakyat tidak pernah melakukan dan tidak pernah menyatakan menerima pengangkatan tersebut. Selanjutnya, pada tanggal 20 Oktober 1945 Soeljadikoesoemo diangkat sebagai Menteri Keamanan Rakyat ad interim.
  2. Berhenti tanggal 26 September 1945, diganti oleh Mr. A.A. Maramis.
  3. Jabatan ini ditiadakan (tak diisi) bersama-sama pengangkatan Mr. A.A. Maramis sebagai Menteri Keuangan.
  4. Tanggal 25 September 1945 menjabat sebagai Menteri Keuangan.
  5. Partai-partai politik kala itu belum dibentuk.

Program kabinet

Program kabinet ini tidak pernah diumumkan.

Referensi

  • Manggala BP-7 Pusat. 1985. Susunan Kabinet Republik Indonesia.

Lihat pula

Kabinet pemerintahan Indonesia
Didahului oleh:
Tidak ada
Kabinet Presidensial
2 September 1945 - 14 November 1945
Digantikan oleh:
Kabinet Sjahrir I

Minggu, 22 April 2012

Obrolan Mas Dodol dan Mas Kecap

 

Pada hari minggu sore tadi, Mas Dodol (Penjual Dodol), Mas Kecap (Penjual Kecap) mampir di Warung Kopi milik Mbak Konde. Sambil menikmati kopi panas dan pisang goreng panas Mas Dodol disodori koran Warta Ibukota yang memuat berita menggemparkan yakni M. NAZARUDDIN, Mantan anggota DPR/mantan Bendahara Umum PARTAI DEMOKRAT hanya dijatuhkan hukuman penjara selama 4 tahun. Mbak Konde, "Mas Dol ini berita koran kemarin. Ternyata putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta hanya menjatuhkan hukuman penjara pada Terhukum M. Nazaruddin selama 4 tahun. Sedangkan Nazaruddin melakukan korupsi sehingga merugikan perekonomian/keuangan Negara sebanyak ratusan milyar rupiah bahkan mendekati angka trilyun rupiah. Menurut pendapat Mas Dol apakah adil putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta tersebut?" Mas Dodol, "Jelas putusan itu tidak adil dan melukai rasa keadilan Rakyat. Saya jujur saja bahwa saya ingin berbuat seperti Nazaruddin melakukan korupsi ratusan milyar rupiah bahkan bisa mencapai angka trilyunan rupiah dan "siap pasang badan" untuk ditangkap, ditahan dan dijatuhkan hukuman penjara 4 tahun. Tidak apa2 saya hidup di dalam penjara asal saja saya punya uang banyak. Nanti setelah saya keluar penjara tentu uang ratusan milyar rupiah tersebut akan saya gunakan untuk modal usaha saya. Daripada sekarang ini hidup dan pekerjaan saya sebagai Tukang jual dodol. Sembako sudah naik terus jadi keuntungan saya semakin menipis. Memang lebih enak jadi Nazaruddin, masuk penjara hanya 4 tahun dan di dalam penjara tidur enak di atas kasur spring bed, kamar ber-ac movebell (AC yang bisa dipindah-pindah), jadi kalau ada sidak oleh Wamen Depkumham tentu AC-nya bisa dikeluarkan dan disimpan digudang Lapas, kamar mandi/wc istimewa, ada TV 20 flat 20 ince, DVD BF, punya 3 hand phone Black Berry, ada I Pad, ada laptop pakai modem supaya bisa chatting, semua fasilitas komplit dan makan juga bisa dipesan dari luar penjara (ada makanan ala Sederhana Padang, chinese food, steak ala Barat, ayam bakar, ikan bakar, sop buntut) semua makanan tinggal di pesan dari luar. Yang penting uang banyak dan semua bisa diatur dan bisa dibeli dengan uang. Kalau perlu saya minta ijin 2 atau 3 jam untuk keluar "jajan" di hotel berbintang lima sekalipun tentu dengan menyamar (pake kacamata, topi, baju kaos, celana jeans) dan diantar dengan mobil Sipir sekaligus menjadi Pengawal/Ajudan saya. Kalau saya "jajan" di kamar hotel tersebut tentu Sipir jaga juga di depan pintu kamar karena kuatir saya melarikan diri. Dengan uang banyak, saya juga bisa pulang ke rumah menemui isteri dan anak2 saya paling tidak seminggu 2 kali, meskipun hanya setengah harian tapi lumayan bisa bertemu dengan keluarga dan bisa memberitahukan kepada keluarga di Bank2 mana uang hasil korupsi disimpan. Pasti uang hasil korupsi sudah disimpan di luar negeri, khususnya Singapore yang tidak ada hubungan ekstradisi dengan Indonesia atau yang lebih aman lagi mendeposit uang hasil korupsi di Negara2 yang tidak mempunyai hubungan diplomatik dengan Indonesia seperti: Israel tapi harus via Belanda dan Perancis atau Taiwan via Jepang. Yang penting saya Mas Kecap dapat kesempatan untuk berpeluang dipercaya oleh Pak SBY dan Anas Urbaningrum. Ya seperti keadaan Nazaruddin pada waktu dia belum ketahuan korupsi dan tertangkap." Mas Kecap, "Masya Allah, Mas Dol memang kamu bermimpi dengan setan. Apakah kamu tidak takut dengan dosa dan hukuman dunia akhirat? Eling2 Mas Dol. Buat apa kita beragama kalau semuanya hanya diukur dengan uang dan harta dunia? Semua uang dan harta kekayaan dunia tidak akan kita bawa ke dunia akhirat sebab semuanya adalah fana dan akan musnah bersama dunia ini suatu kelak (hari Kiamat). Hanya Ibadah (iman dan taqwa) kita kepada TUHAN YME dan perbuatan2 yang baik dari kita kepada sesama kita yang membawa kita ke jalan Sorga. Memang terus terang saya pribadi "tidak setuju" dengan putusan Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta yang menjatuhkan hukuman terlalu ringan terhadap Nazaruddin." Pembicaraan Mas Kecap terhenti karena disela oleh Mbak Konde, "Mas Kecap dan Mas Dodol, mungkin Majelis Hakim "lupa membaca" Pasal 2 dan Pasal 3 UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU Nomor 31 Tahun 1999 tersebut yang mana bisa dihukum dengan hukuman maksimal yakni 20 tahun penjara atau hukuman penjara seumur hidup (Pasal 2 dan Pasal 3)." Mas Kecap, "Lha mereka kan Hakim profesional dan pasti seorang Sarjana Hukum serta telah lulus dalam pendidikan dan latihan Hakim pada saat direkrut menjadi Hakim, belum lagi dengan berbagai pengalaman yang ada. Malahan saya curiga tentu ada apa2nya sehingga putusannya tersebut sangat ringan hukumannya. Ada "batu dibalik udang." Kalau semua Pengadilan Tindak Pidana Korupsi demikian adanya lebih baik KPK dibubarkan saja dan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi dibubarkan juga sebab uang Rakyat yang dipakai untuk membiayai KPK dan Pengadilan Tipikor tersebut supaya tidak sia2. Bagaimana Pemerintah SBY, DPR dan Mahkamah Agung R.I mau memberantas korupsi dan kolusi kalau hal ini terjadi seperti itu. Ini jelas2 menyakiti hati Rakyat. Lebih baik Para Koruptor itu diadili langsung oleh Massa (peradilan jalanan) seperti seorang Pencuri tertangkap tangan dengan barang buktinya langsung digebukin sampai mati atau dibakar hidup2. Itu baru keadilan sesungguhnya." Mas Dodol, "Wah itu saya tidak setuju sebab Negara kita kan Negara Hukum (Pasal 1 ayat 3 UUD 1945) jadi Supremasi Hukum harus berjalan sebagaimana mestinya sebagai Negara Hukum. Kalau cara Mas Kecap tadi itu namanya main Hakim sendiri (eigenrechteg) dan sangat berbahaya bagi kepentingan hukum." Mbak Konde, "Hehehehehe....bilang saja kamu jadi takut mengikuti perbuatan Nazaruddin kalau memang cara main Hakim itu sebagaimana yang diungkapkan oleh Mas Kecap itu terjadi pada diri kamu dan Nazaruddin atau Para Koruptor." Mas Kecap, "Mudah2an Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung R.I (baik ditingkat kasasi dan Peninjauan Kembali) dapat membatalkan putusan tersebut yang sangat tidak adil dan menyakiti rasa keadilan Rakyat di Negara hukum tercinta ini." Mbak Konde, "By the way, kemarin saya baru kembali dari Malaysia dan sempat bertemu dengan isterinya Nazaruddin. Herannya isteri Nazaruddin di Malaysia tenang2 saja, sedangkan dia itu termasuk DPO (Daftar Pencarian Orang). Kan Malaysia punya perjanjian ekstradisi dengan Indonesia tapi tidak ditangkap oleh pihak yang berwajib?" Mas Kecap, "Kemarin ada issue2 bahwa Nazaruddin sudah beberapa kali diancam akan "di sukabumikan atau dimunirkan" jika Nazaruddin membuka tuntas perkara korupsi yang terkait dengan dirinya dan "orang2 tertentu" yang pernah dia sebutkan ketika dia berada dalam pelarian di luar negeri. Jadi terang saja dia tidak terbuka blak2an karena ada ancaman terhadap nyawanya dan nyawa isteri dan anak2nya." Mas Kecap, "Memang kejam kalau sudah masuk dalam Mafia APBN. Dapat uang banyak tapi haram dan sewaktu-waktu nyawa bisa terancam. Pantas kasus korupsi dan kolusi yang melibatkan Nazaruddin tidak dapat terungkap seluruhnya sebab ada "Kelompok2 SUPERMAN" yang terlibat dalam jaringan Mafia APBN dimaksud. Masya Allah, mau bawa ke mana Bangsa dan Negara kita ini?" Mas Dodol, "Emangnya gue pikirin. Gue aja lagi susah sebab dodol tidak laku2 dan jadi berjamur." Mbak Konde, "Ya sudah2 bubar aja kan warungnya udah mau ditutup. Bentar lagi magrib." Akhirnya Mas Dodol dan Mas Kecap pergi meninggalkan Warung Kopi milik Mbak Konde dan kemudian Mbak Konde langsung menutup warung kopinya dan semuanya pulang ke rumah masing2.
· · Bagikan · 13 jam yang lalu

    • Nunung Said
      Sebetulnya Rakyat kecil sudah pada pintar... dan celotehannya itu sgt benar, bahwa hukum di Negeri ini tidak berjalan dg semestinya shg wajar klo tercetus ingin mengadakan hukum rimba atau diadili oleh massa... bgmna tidak gemes, yg ratusan...Lihat Selengkapnya
    • Djeng Atik ck..ck..ck...sangatlah kurang adil bahkan tdk adil...
    • Gempar Soekarnoputra
      Mbak Nunung memang saya kuatir kalau putusan semua Pengadilan seperti itu nanti ada Pengadilan jalanan atau main Hakim sendiri oleh Rakyat sebab Rakyat sudah muak dengan berbagai macam sandiwara. Setiap kasus korupsi terjadi pasti ada pihak...Lihat Selengkapnya
      12 jam yang lalu · · 1
    • Gempar Soekarnoputra Betul Djeng Atik memang membuat Rakyat menjadi geram karena hukum kita dipermainkan hanya dengan uang yang dihambur-hamburkan Para Koruptor. Kapan Kurawa2 itu akan berakhir hidupnya di atas ting gantungan?
      12 jam yang lalu · · 1
    • Djeng Atik KUHP, Karena Uang Habis Perkara...itulah hukum di negeri ini ..hehehhehheeee
    • Djeng Atik kok hukumannya sama dg pencuri sandal jepit...hehehheheee...
      12 jam yang lalu · · 1
    • Karyafilm Alangalang
      negeri ini butuh PEMIMPIN bukan PENGUASA....!!!! saya pernah membaca sebuah tulisan Bapak Proklamator RI (Bung Karno)...yang bunyinya begini "Kalau dulu saya dipenjara, dibuang dan diasingkan sama Belanda, saya tidak marah, tidak dendam dan...Lihat Selengkapnya
    • Melani Suharniati kita hanya bisa nonton ,dan teriris hati ,bukti nya kami yg tinggal di luar indonesia juga sama ,sebagai masyarakat ,yg di lecehkan orang asing minta bantuan,nya ke dlm ,tapi orang asing bekerja dan tinggal di wilayah boss,pemimpin tak di gubris ,anya tunggu kekuasaan tuhan semata sambil linangan air mata
    • Gempar Soekarnoputra Djeng Atik kata sindiran untuk KUHP = Kasih Uang Habis Perkar. HAKIM = Hubungi Aku Kalau Ingin Menang. Hehehehe Maaf ya Pak Hakim sebab sindiran tersebut sudah menjadi rahasia umum.
      12 jam yang lalu · · 2
    • Gempar Soekarnoputra Djeng Atik sebab hukum hanya dibuat khusus untuk menghukum Rakyat kecil dan bukan untuk Pembuat dan Pelaksana Hukum itu sendiri.
      12 jam yang lalu · · 1
    • Djeng Atik heheheheeee...kl HAKIM atik baru tahu sekarang pak...waah atik jadi tambah wawasan nih dg akronim kata HAKIM...mantabbbbs...hehehehheee...
    • Gempar Soekarnoputra
      ‎@ Karyafilm Alangalang sebab itu Bung Karno juga pernah merisaukan bahwa saat ini (sebelum tahun 1945) Bangsa Indonesia sedang dijajah oleh Bangsa lain (Bangsa Belanda dan Jepang) tapi itu sudah merupakan resiko untuk mengadakan perlawanan...Lihat Selengkapnya
      12 jam yang lalu · · 1
    • Gempar Soekarnoputra Dik Melani percayalah dan yakinlah bahwa TUHAN YANG MAHA KUASA adalah juga MAHA ADIL sehingga hanya menunggu waktu saja bahwa Pemimpin2 korup dan zolim itu akan bernasib malang sampai tujuh turunannya. Percayalah dan tunggu serta saksikan bahwa satu per satu orang2 tersebut akan mati binasa.
    • Djeng Atik wah kl hukum dibuat utk rakyat kecil, betapa naifnya ya pak...
    • Weddhus Gembel Merapi Mengapa .. Owh Kenapa??..

      Keadilan Milik siapa...
      Kini kta tak sedang Berada di Negeri Yg
      Berwibawa.
    • Gempar Soekarnoputra Weddhus lama kelamaan Negeri kita tercinta ini direbut dan dijajah oleh Kurowo2 dan Suyudana serta Adipati Sangkuni....hehehehe
    • Gempar Soekarnoputra Djeng Atik itulah hukum di Negeri kita sekarang. Selain tidak ada keadilan hukum juga tidak ada kepastian hukum. Semuanya tergantung dari bargaining dan uang. Seperti dagang sapi layaknya.
    • Weddhus Gembel Merapi Ya.. Bisa jadi Bung!..
      Karna Sengkolo tu tergantung Hati.. Selama hatinya Buruk ya ada aj .. Buruknya buat Negeri ini. Satu yg tak bisa ku Mengerti. Mengapa Amanat Sang Proklamator belum juga di Laksanakan.
    • Gempar Soekarnoputra
      Weddhus jelas bahwa tidak mungkin mereka itu mau mengikuti atau meneladani serta melaksanakan amanat penderitaan Rakyat sesuai dengan cita2 dan keinginan Sang Proklamator Bung Karno sebab mereka lebih mengikuti sifat2 dan karakter2 Kurowo y...Lihat Selengkapnya
      11 jam yang lalu · · 2
    • Didi Suradi Biar,smpai mereka muntah.dan hukuman KARMA

Selasa, 17 April 2012

"SEKILAS TENTANG DEMOKRASI TERPIMPIN DAN EKONOMI TERPIMPIN


"SEKILAS TENTANG DEMOKRASI TERPIMPIN DAN EKONOMI TERPIMPIN" yang kerap kali ditanyakan oleh Kaum Mahasiswa, Kaum Buruh, Kaum Tani, Kaum Nelayan bahkan Kaum Pengusaha Nasional yang berjiwa Nasionalis dalam berbagai pertemuan, dialog dan seminar terbatas yang biasanya tidak terliput oleh Media Massa Nasional yang hampir sebagian besar telah dikuasai oleh Kaum Kapitalis/Liberalis. Namun hanya melalui beberapa goresan tangan dan pikiran Alhamdulillah melalui media sosial Facebook ini dapat saya menulis karya dan pokok2 pikiran dari sebagian kecil Ajaran2 Ayahanda Bung Karno khususnya sekilas tentang Demokrasi Terpimpin dan Ekonomi Terpimpin. Walaupun saya sadari bahwa Penyelenggara Facebook ini juga adalah bagian dari Kaum Kapitalis internasional, namun hebatnya mempunyai jiwa yang besar dan jiwa sosial kemanusiaan yang tinggi. Bahwa membahas Demokrasi Terpimpin dan Ekonomi Terpimpin tentu tidak dapat dilepaskan sama sekali dengan kata "Gotong Royong" yang merupakan suatu pernyataan perasaan dan pengertian demokrasi yang tinggi dari Bangsa Indonesia. Perasaan kekeluargaan dan kemasyarakatan sebagai sendi2 Masyarakat demokratis dan sosialistis tercermin dengan jelas dalam pengertian dan praktek Gotong Royong. Sebab itu Bung Karno seringkali menyinggung dalam Pidatonya tentang lahirnya Pancasila membuktikan bahwa apabila Pancasila itu diperas menjadi Ekasila yang isinya adalah Gotong Royong. Kita semua mengetahui bahwa Pancasila adalah dasar negara kita. Dengan lain perkataan dasar Negara adalah "Gotong Royong." Inilah hakekatnya apa yang disebut "Sosialisme Indonesia", yakni Sosialisme yang sesuai dengan keadaan2 di Indonesia. Jadi kalau kita akan membicarakan soal politik dan ekonomi Indonesia, tidak boleh tidak tentu kita harus membicarakan soal yg hakiki, gotong royong atau Sosialisme ala Indonesia tersebut. Apa hubungannya uraian singkat ini dengan demokrasi dan ekonomi terpimpin? Hubungannya erat sekali bahkan "mutlak adanya." Demokrasi Terpimpin adalah "pelaksanaan politik" sedangkan Ekonomi Terpimpin adalah "pelaksanaan ekonomi" daripada paham "Gotong Royong." Demokrasi Terpimpin adalah cermin daripada Ekonomi Terpimpin di lapangan politik. Singkatnya bahwa penjelasan dan pelaksanaan2 politik dan ekonomi di atas dasar PANCASILA atau Ekasila (Gotong Royong) adalah merupakan suatu Masyarakat yang adil dan makmur. Jadi perkataan "Terpimpin" adalah lawan daripada perkataan "Liberal." Kedaulatan Rakyat sebagai Sila Ke empat daripada Pancasila adalah sumber pengertian demokrasi di Indonesia, sedangkan Pasal 33 UUD 1945 adalah "sumber pelaksanaan ekonominya." Menggunakan istilah demokrasi terpimpin adalah perlu "untuk mencegah penyelewengan demokrasi dan ekonomi menjadi "liberal" atau semau-maunya dan untuk mencegah praktek dan penafsiran yang sewenang-wenang untuk menyengsarakan dan memiskinkan Rakyat kebanyakan." Dalam pengertian Gotong Royong yang tersimpul makna yang luas dan dalam mengenai politik ekonomi adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Jadi praktek demokrasi ekonomi terpimpin adalah suatu keadilan dan kemakmuran yang menyeluruh untuk segenap Rakyat Indonesia tanpa terkecualinya. Bung Karno berkata, "Saudara2 harus ingat dan camkan baik2 bahwa segolongan Kapitalis dengan senjata uangnya "dapat membeli demokrasi kita" dan "dapat menguasai ekonomi kita khususnya menjarah dan menggaruk habis2an kekayaan alam Indonesia. Cecunguk2 Pengusaha Nasional kita yang anasionalis yang berkonspirasi busuk dengan Cecunguk2 Pengusaha Asing dus di belakanya adalah Negaranya, dengan menggunakan taktik musang berbulu ayam adalah hanya menguntungkan dan memperkaya mereka sendiri, memperkaya Bangsa Asing tapi sebaliknya memiskinkan Rakyat Indonesia dan menghancurkan ekonomi Indonesia. Cara seperti itu jelas bukan Gotong Royong, tetapi "penindasan" sekali lagi saya katakan sebagai penindasan terhadap Rakyat Pekerja kita (Kaum Buruh Industri dan Kaum Buruh Tani) oleh golongan2 yang memiliki modal (kapital) dengan tindakan mereka yang sewenang-wenang. Itu adalah cara2 "Nekolim" yang mau berusaha lagi menjajah Bangsa Indonesia tapi dengan cara menjajah perekonomian kita. Itu sebab saya berkali-kali katakan kepada Saudara2 bahwa betapa berbahaya taktik dan cara2 Nekolim tersebut. Bahkan suatu saat mereka akan berusaha mematikan dan memadamkan api Revolusi Indonesia dan suatu kelak nanti akan memasang boneka2nya untuk menjadi Pemimpin di Negeri kita ini supaya mempermulus kegiatan2 mereka itu." Jelas di sini bahwa hikmat daripada makna dan hakikat Gotong Royong itu sejatinya dan pada pokoknya "menentang Kapitalisme/Liberalisme dan melawan Imperialisme Ekonomi dalam segala bentuknya (manifestasinya). Bung Karno juga seringkali mengatakan, "bahwa Demokrasi dan Ekonomi Terpimpin bukan sekedar pengertian yang mati tetapi adalah dimanifestasikan ke dalam jiwa perjuangan Bangsa Indonesia yang berusaha melepaskan diri dari penindasan Kapitalisme-Imperialisme dan membina suatu Masyarakat yang adil dan makmur di antara Bangsa2 di dunia secara sama hak, berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah." Demokrasi Terpimpin itu adalah demokrasi yang pengakuan adanya "Pemimpin." Bukanlah terpimpin untuk menghilangkan unsur demokrasi, tetapi terpimpin untuk "melawan sifat2 liberalnya daripada demokrasi itu sendiri." Tujuan utama justru menyingkirkan perusak2 demokrasi yang berdalih demokrasi yang dengan demikian berbuat anarkhis dan pengacauan di bidang ekonomi (monopoli swasta di bidang ekonomi dari hulu hingga hilir). Memang atas nama demokrasi harus dihormati hak2 demokrasi daripada Rakyat dengan sumber pengertian demokrasi yang terdapat pada Sila Ke empat dari Pancasila yakni "Kedaulatan Rakyat." Betapapun pengertian demokrasi, tindakan2 yang bertentangan ataupun yang menggaduhkan kepentingan bersama, bagaimanapun dan dalam keadaan apapun bisa ditindak, kalau perlu ditumpas dan jangan ada di Indonesia." Artinya "Terpimpin" menunjukkan pendirian yang tegas dan sikap hidup yang nyata, yakni "memberikan pimpinan kepada Rakyat dan melawan musuh2 Rakyat bersama Rakyat." Dalam bidang ekonomi, pimpinan ini lebih jelas lagi mempunyai sasaran dan perlindungannya. Temanya adalah sama seperti penjelasan mengenai demokrasi tetapi sasarannya lebih konkrit. Sebenarnya Ekonomi Terpimpin adalah "Ekonomi Gotong Royong" yang menjamin kemakmuran Rakyat serta melenyapkan sisa2 Sistem Feodalisme dan Imperialisme dengan penghisapan2nya. Ekonomi Gotong Royong atau Ekonomi Sosialis ala Indonesia adalah "Ekonomi Kemakmuran Bersama," yang "anti Feodalisme dan Imperialisme." Pimpinan dalam taraf pertama adalah untuk menumbangkan Rejim2 yang berbau dan terindikasi Kapitalisme/Liberalisme, dimulai dari Kapitalis2 monopoli dan selanjutnya sehingga pada akhirnya Kapitalisme dalam prinsipnya dapat ditiadakan. Sebab Sistem ekonomi Kapitalistik/Liberalistik tersebut secara demi tahap akan merusak dan menghancurkan ekonomi nasional kita. Pengrusakan tata ekonomi nasional Indonesia dimulai dari perkotaan kemudian sampai ke pedesaan, sehingga segala kebutuhan hidup Rakyat dari kelas atas, menengah sampai kelas bawah "semuanya bergantung pada ekonomi pasar internasional yang dikendalikan oleh Kaum Kapitalis dunia internasional." Artinya tanpa kita sadari bahwa nafas kehidupan seluruh Rakyat Indonesia telah dikuasai oleh Bangsa Asing. Yang sangat mengherankan bahwa Pemerintah kita saat ini justru mengadopsi sistem Kapitalisme/Liberalisme untuk masuk dalam semua perundang-undangan sehingga justru menjadikan "payung hukum" bagi tumbuh suburnya Ekonomi Kapitalistik/Liberalistik yang jelas2 akan menghancurkan ekonomi nasional kita. (bom waktu). Mungkin Pemerintah sekarang ini hanya memikirkan kepentingan oknum2/individu2 mereka dan Konco2nya dan tanpa memikirkan nasib dan kepentingan Rakyat kebanyakan yang semakin hari hidupnya semakin miskin melarat dan tinggal menunggu mati kelaparan atau mengadakan Revolusi Sosial untuk turun ke jalan2 dengan alasan meminta makan karena perut lapar. Kalau sebaliknya Pemerintah kita saat ini memakai atau menggunakan "Sistem Ekonomi Terpimpin atau Sistem Ekonomi Gotong Royong atau Sistem Ekonomi Pancasila atau Sistem Ekonomi Sosialis ala Indonesia, yang diselenggarakan sesuai dengan kaidah2 di Indonesia maka jelas Rakyat akan memperoleh kedaulatan dan keadilan di bidang ekonomi dimaksud. Rakyat bisa menikmati bersama-sama dan merasakan atau mencicipi hasil kekayaan alam Indonesia dan bukan sebaliknya seperti keadaan sekarang ini yang hanya dinikmati oleh Pengusaha2 Nasional yang merupakan "Boneka atau kaki tangan" atau "perpanjangan tangan" dari Pengusaha2 Asing yang sebenarnya mengatas namakan Negaranya (modal berasal dari Pemerintahannya) sehingga otomatis hanya memperkaya Bangsa2 Asing dan bukan memakmurkan Bangsa/Rakyat Indonesia. Pemerintah kita saat ini harus ingat dan camkan bahwa paham dan pelaksanaan Ekonomi Gotong Royong dimaksud tidak akan pernah menjadi usang dengan kemajuan jaman. Sebab Gotong Royong dalam politik dan ekonomi inilah yang tetap mempertahankan kesatuan yang kokoh dan persatuan yang bulat daripada Bangsa Indonesia. Sekali lagi mengutip kata2 Bung Karno, "bahwa untuk mengatasi rintangan2 dalam pelaksanaan Demokrasi Terpimpin dan Ekonomi Terpimpin maka "jiwa dan semangat Revolusioner dari seluruh Rakyat Indonesia harus dipersegarkan dan dikobar-kobarkan lagi" sebab tujuan Revolusi Indonesia harus digariskan lebih nyata dan jelas selain pada bidang kebudayaan, sosial dan politik terutama di lapangan ekonomi. Itulah sebabnya mengapa demokrasi dan ekonomi Indonesia tidak boleh Liberal, tetapi harus terpimpin. Sebab dipimpin oleh semangat Revolusi dan tujuan Rakyat yang revolusioner dann oleh Pemimpin Revolusi yang sejati." Akhirnya disimpulkan di sini bahwa hikmat daripada pelaksanaan Demokrasi Terpimpin dan Ekonomi Terpimpin adalah mewujudkan suatu Masyarakat sosialis gotong royong, sosialisme ala Indonesia, masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. # (Dipersembahkan oleh Dr. Gempar Soekarnoputra,S.H, diambil dari beberapa cuplikan Pidato Ayahanda Bung Karno terkait dengan Demokrasi Terpimpin dan Ekonomi Terpimpin).