Minggu, 29 Desember 2013
Kamis, 05 Desember 2013
How to Master Your Creative Writing Process
Posted by Melissa Donovan ·
What steps do you take to get acreative writing project completed? Is your method sheer madness?
One day, many years ago, I was working in an office. The executives were having a meeting to discuss new procedures. It was a hot day and the conference room was small and crowded, so the door was open. As I passed by on my way to the filing room, I overheard my boss saying, “Melissa can handle that. She’s very methodical.”
Methodical. I tried it on and decided yes, it fit. “I am methodical,” I declared, and went about my business.
And it was true, too. I was organized to a fault, always looking for systems and processes that would streamline the workflow and make business more efficient and therefore more effective. The clothes in my closet were organized by season, length, and color. I didn’t have to flip through my hangers to find an article of clothing. Everything was neatly filed in its place.
Selling the Method
Writing gurus and mentors often want us to believe that there is only one true writing process. It usually goes something like this:
- Brainstorm
- Outline and research
- Rough draft
- Revise (repeat, repeat, repeat, repeat)
- Edit, proof, and polish
This is a good system–it absolutely works. But does it work for everyone?
Assessing the Creative Writing Process
I’ve been thinking a lot about the creative writing process. Lately, I’ve found myself working on all types of projects–web pages, blog posts, a science fiction trilogy, and a children’s chapter book.
How do I tackle all these different projects without some kind of plan or system?
I’ve thought about the steps I take with my own writing and realized that the writing process I use varies from project to project and depends on the level of difficulty, the length and scopeof the project, and even my state of mind. If I’m feeling super creative, a blog post or an article will come flying out of my head. If I’m tired, hungry, or unmotivated, or if the project is complicated, then it’s a struggle and I have to work a little harder. Brainstorming and outlining can help. A lot.
It occurred to me that I don’t have one creative writing process. I have several. And I always use the one that’s best suited for a particular project.
March to the Beat
One of my favorite sayings has to do with marching to the beat of your own drum. I like that saying because that’s how I walk–to my own rhythm. If I didn’t, then I probably never would have started my own business or believed that I could make it as a writer. In fact, I probably wouldn’t be a writer at all.
Some writers can sit down and pound out an article, a short story, or even a novel without ever planning or outlining. Others have to follow a strict writing process or they get lost and confused, tangled up in their own words.
For example, when I am involved in a copywriting or nonfiction project, I find thatbrainstorming and outlining are essential. I need to organize my thoughts and make sure I cover the subject matter thoroughly. But with creative writing projects, such as fiction and poetry (and even the novel I wrote for NaNoWriMo back in 2008), I just start typing and let the ideas flow. Conversely, the NaNoWriMo project I did this year had a full, detailed outline.
Listen to Your Own Rhythm
We all start with interesting creative writing ideas and hope to finish with a completely riveting piece of writing.
That day I overheard my boss saying that I was methodical was a long time ago. Since then, I’ve loosened up my methods. Oh, I can still whip up a streamlined procedure and implement it. I have to do that for my own business all the time, whether it involves maintaining my client contact list or managing my quotes and invoices–using a system for that stuff is extremely helpful.
But my closet no longer looks like it’s maintained by Martha Stewart. It’s still pretty organized, but not by color and season. It helps to know when a system works and when it’s all hype. The first few times I tried to write a novel, I did so using the exact same writing process that I used for writing essays in college, and it simply did not work. It wasn’t until I totally changed the process that I was able to succeed and complete that massive creative writing project.
Writing processes are good. The reason our predecessors developed these processes and shared them, along with a host of other writing tips, was to help us be more productive and produce better writing. Techniques and strategies can be helpful, but it’s our responsibility to know what works for us as individuals and as creative writers and to know what will cause us to infinitely spin our wheels.
I Showed You Mine
…now you show me yours.
What’s your creative writing process? Do you have one? Do you ever get stuck in the writing process? How do you get unstuck?
Selasa, 12 November 2013
Proyek JSS Tak Bisa Groundbreaking 2014
http://www.suarapembaruan.com
Senin, 29 Juli 2013 | 12:00
Senin, 29 Juli 2013 | 12:00
[JAKARTA] Pemerintah pesimistis pembangunan proyek Jembatan Selat Sunda (JSS) dapat dikonstruksi atau groundbreaking pada 2014, karena belum ada kejelasan mengenai studi kelayakan (feasibility study/FS). Apalagi, studi kelayakan proyek senilai Rp 200 triliun tersebut dijadwalkan rampung pada tahun depan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, pemerintah harus memastikan studi kelayakan pembangunan JSS ini clear and clearsebelum dilakukan groundbreaking pada tahun ini. "Saya pesimistis megaproyek pembangunan JSS bisagroundbreaking 2014, karena waktu saya habis dua tahun hanya untuk membahas studi kelayakan khususnya soal pendanaan," ujar dia di Jakarta, akhir pekan lalu.
Hatta mengatakan, pemerintah juga harus realistis dalam menetapkan target pembangunan JSS ini karena akan berdampak pada pemerintahan yang akan datang. Menurut dia jika proyek pembangunan JSS ini dianggap penting, pada tahun ini pemerintah harus segera memastikan bahwa studi kelayakan sudah ada kejelasan.
Menurut dia, saat ini sudah ada dua opsi yang ditetapkan Tim Tujuh untuk studi kelayakan pembangunan JSS, yaitu didanai sepenuhnya oleh anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) atau didanai badan usaha milik negara (BUMN) dengan konsorsium pemrakarsa PT Graha Banten Lampung Sejahtera (GBLS).
Hatta mengatakan berdasarkan hasil rapat yang dilakukan baru-baru ini dengan Tim Tujuh, sebagian besar dari tim lebih memilih agar proyek JSS didanai oleh BUMN dan konsorsium pemrakarsa. Namun, keputusan itu belum final karena dalam rapat tersebut Menteri Keuangan Chatib Basri tidak hadir.
Hatta juga menegaskan bahwa studi kelayakan pembangunan JSS masih dibahas dan ditargetkan selesai pada 2014. Anggaran yang dibutuhkan untuk studi kelayakan itu cukup besar, yakni berkisar Rp 1,5 triliun. Sedangkan untuk pembangunan jembatan yang menghubungkan Jawa dan Sumatera tersebut dibutuhkan anggaran sekitar Rp 200 triliun.
"Studi pembangunan JSS ini sudah lama dilakukan, bahkan sejak zaman Presiden Bung Karno, dan memang sangat layak. Tugas kita sekarang harus merealisasikan pembangunannya," tandas dia.
Sementara itu, Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak sebelumnya menuturkan, proyek JSS diharapkan dapat menumbuhkan delapan klaster kawasan ekonomi di sekitar wilayah proyek tersebut. Kedelapan klaster tersebut menjadi bagian dari kawasan strategis dan masuk tata ruang wilayah nasional.
Kedelapan klaster itu di antaranya kawasan Paninmbang di Banten disiapkan menjadi wilayah pengembangan pariwisata, Cilegon sebagai kawasan industri, Serang sebagai pusat perdagangan, dan Maja dialokasikan sebagai wilayah permukiman. Adapun Lampung selatan dan Lampung Timur dijadikan wilayah pertanian dan perkebunan, Bandar Lampung sebagai pusat pemasaran, dan Pringsewu menjadi wilayah produksi hasil pertanian dan industri pengolahan.
Kedelapan klaster tersebut dinilai memiliki kriteria untuk dikembangkan sebagai kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi. Adapun kriteria itu antara lain memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh, memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional, memiliki potensi ekspor, serta didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi.
“Selain itu, memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi, serta berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional,” papar Hermanto.
Guna mendorong pertumbuhan kawasan-kawasan ekonomi di Lampung dan Banten itu, Hatta melanjutkan, pemerintah telah memprogramkan pembangunan tiga jalan tol di Sumatera, yakni di Lampung, Palembang, dan Dumai. "Anggaran untuk pembangunan tiga jalan tol tersebut mencapai Rp5 triliun, dan Rp 2 triliun di antaranya akan kami serahkan tahun ini kepada BUMN, sedangkan Rp 3 triliun sisanya diberikan pada 2014," ujarnya. [ID/H-12]
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, pemerintah harus memastikan studi kelayakan pembangunan JSS ini clear and clearsebelum dilakukan groundbreaking pada tahun ini. "Saya pesimistis megaproyek pembangunan JSS bisagroundbreaking 2014, karena waktu saya habis dua tahun hanya untuk membahas studi kelayakan khususnya soal pendanaan," ujar dia di Jakarta, akhir pekan lalu.
Hatta mengatakan, pemerintah juga harus realistis dalam menetapkan target pembangunan JSS ini karena akan berdampak pada pemerintahan yang akan datang. Menurut dia jika proyek pembangunan JSS ini dianggap penting, pada tahun ini pemerintah harus segera memastikan bahwa studi kelayakan sudah ada kejelasan.
Menurut dia, saat ini sudah ada dua opsi yang ditetapkan Tim Tujuh untuk studi kelayakan pembangunan JSS, yaitu didanai sepenuhnya oleh anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) atau didanai badan usaha milik negara (BUMN) dengan konsorsium pemrakarsa PT Graha Banten Lampung Sejahtera (GBLS).
Hatta mengatakan berdasarkan hasil rapat yang dilakukan baru-baru ini dengan Tim Tujuh, sebagian besar dari tim lebih memilih agar proyek JSS didanai oleh BUMN dan konsorsium pemrakarsa. Namun, keputusan itu belum final karena dalam rapat tersebut Menteri Keuangan Chatib Basri tidak hadir.
Hatta juga menegaskan bahwa studi kelayakan pembangunan JSS masih dibahas dan ditargetkan selesai pada 2014. Anggaran yang dibutuhkan untuk studi kelayakan itu cukup besar, yakni berkisar Rp 1,5 triliun. Sedangkan untuk pembangunan jembatan yang menghubungkan Jawa dan Sumatera tersebut dibutuhkan anggaran sekitar Rp 200 triliun.
"Studi pembangunan JSS ini sudah lama dilakukan, bahkan sejak zaman Presiden Bung Karno, dan memang sangat layak. Tugas kita sekarang harus merealisasikan pembangunannya," tandas dia.
Sementara itu, Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak sebelumnya menuturkan, proyek JSS diharapkan dapat menumbuhkan delapan klaster kawasan ekonomi di sekitar wilayah proyek tersebut. Kedelapan klaster tersebut menjadi bagian dari kawasan strategis dan masuk tata ruang wilayah nasional.
Kedelapan klaster itu di antaranya kawasan Paninmbang di Banten disiapkan menjadi wilayah pengembangan pariwisata, Cilegon sebagai kawasan industri, Serang sebagai pusat perdagangan, dan Maja dialokasikan sebagai wilayah permukiman. Adapun Lampung selatan dan Lampung Timur dijadikan wilayah pertanian dan perkebunan, Bandar Lampung sebagai pusat pemasaran, dan Pringsewu menjadi wilayah produksi hasil pertanian dan industri pengolahan.
Kedelapan klaster tersebut dinilai memiliki kriteria untuk dikembangkan sebagai kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi. Adapun kriteria itu antara lain memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh, memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional, memiliki potensi ekspor, serta didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi.
“Selain itu, memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi, serta berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional,” papar Hermanto.
Guna mendorong pertumbuhan kawasan-kawasan ekonomi di Lampung dan Banten itu, Hatta melanjutkan, pemerintah telah memprogramkan pembangunan tiga jalan tol di Sumatera, yakni di Lampung, Palembang, dan Dumai. "Anggaran untuk pembangunan tiga jalan tol tersebut mencapai Rp5 triliun, dan Rp 2 triliun di antaranya akan kami serahkan tahun ini kepada BUMN, sedangkan Rp 3 triliun sisanya diberikan pada 2014," ujarnya. [ID/H-12]
Minggu, 10 November 2013
Sabtu, 09 November 2013
Kamis, 07 November 2013
H. Anif Shah: Ikon Baru Pengusaha Sum-Ut
Copyright © Pengusaha Medan
Selasa, 16 Februari 2010Bagi masyarakat Sumatera Utara, nama Anif Shah dikenal cukup luas, terutama karena kedermawanan dan kesuksesannya sebagai pengusaha. Anif adalah pengusaha sekaligus pemilik Grup Anugerah Langkat Makmur (Alam) yang bisnisnya mencakup bidang perkebunan dan pabrik kelapa sawit, properti, kompos, SPBU, sarang burung walet, dll. Anif dan keluarganya juga aktif di berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan Sum-Ut.
Tonggak popularitas Anif, antara lain, sukses membangun megaperumahan mewah di Medan, Kompleks Cemara Asri dan Cemara Abadi. Maklum, kompleks perumahan ini terbilang paling mewah di Medan, selain Kompleks Setiabudi, dengan harga per unit di atas Rp 2,5 miliar. “Kami punya sekitar 300 hektare tanah di kompleks ini, tetapi yang dibuka baru 130 ha,” kata Musa Rajecksjah, putra Anif yang ditugasi sebagai Dirut Alam.
Anif mulai menggeluti bisnis perkebunan sawit tahun 1982. “Waktu itu perkebunan sawit di Sum-Ut belum populer. Tanah masih murah dan pemainnya sedikit,” ujar Musa yang juga pembalap dan Ketua IMI Sum-Ut itu. Anif mulai membuka usaha perkebunan dengan skala kecil. Awalnya hanya sekitar 1.500 ha di Langkat. Namun, dari situ terus dikembangkan. Mulanya hanya punya lahan di Langkat, kini sudah punya di Deli Serdang, Mandailing Natal dan Riau. “Total lahan kami sekitar 30 ribu ha,” kata Musa yang mulai dilibatkan mengelola bisnis sawit keluarga pada 2004. Yang jelas, meski sudah punya pabrik pengolahan kelapa sawit di Langkat, Alam berencana membangun empat pabrik lagi.
Salah satu yang menonjol dari perkebunan Grup Alam dibanding perkebunan swasta lainnya ialah soal manajemen plasma dan kemitraan dengan petani. Alam memang ingin maju bersama petani di lingkungan kebunnya. Tak mengherankan, di Mandailing Natal Alam punya 3.000 petani plasma dan di Langkat memiliki 233 KK. Sementara perusahaan perkebunan lain, sesuai dengan aturan pemerintah, memberi lahan ke petani plasma per KK seluas 2 ha, Alam memberi lahan seluas 3 ha per KK. “Karena itu, di kebun kami hubungan dengan petani sangat baik dan kami beberapa kali mendapatkan penghargaan dari pemerintah,” papar Musa yang juga menjelaskan, kebun dan pabriknya pernah dijadikan studi banding oleh Kementerian Pertanian Belanda.
Musa yang biasa dipanggil Ijeck bertekad mengembangkan bisnis perkebunan keluarganya dan ke depan bisnis perkebunan akan menjadi inti, selain pengembangan perumahan. Tak aneh, meski perusahaan daerah, pihaknya serius belajar manajemen modern dengan mengundang konsultan ISO dunia, TÃœV Rheinland Group. “Awalnya hanya ingin belajar dari mereka, tidak tahunya mereka menyarankan sekalian sertifikasi dan audit,” tutur penggemar Harley-Davidson ini seraya menjelaskan, perusahaannya telah mendapatkan ISO 9001:2000.
Karena implementasi konsep manajemen modern pula, ketika harga CPO pernah jatuh tahun 2008, pihaknya bisa selamat. “Waktu itu kami sempat rugi tiga bulan. Cuma karena kami bisa mengelola cadangan dana, kami bisa selamat,” ujarnya. Ini berbeda dari para petani lain yang banyak gulung tikar karena tidak mengelola dana cadangan dengan baik.
Selain perkebunan, properti dan SPBU, Grup Alam juga sudah mulai memasuki bisnis pembuatan kompos dengan mengolah limbah CPO. Adapun bisnis walet gua di pinggiran Sum-Ut lebih banyak dimanfaatkan untuk membantu masyarakat di tiga desa di sekitar gua, baik untuk mendirikan sekolah, menaikkan haji petani maupun memberi beasiwa. “Bisnis walet sudah tidak kami konsolidasikan keuangannya ke Grup karena bapak saya maunya untuk kegiatan sosial saja,” tutur Musa.
Menurut Musa, ayahandanya memang banyak berderma sebagai bagian dari syukur karena diberi kemurahan rezeki oleh Yang di Atas. “Orang tua saya dulu orang susah. Pernah karena nggak punya beras, lalu beras yang ada dijadikan bubur supaya bisa dibagi banyak orang, 9 anak,†ujarnya mengenang sang ayahn. â€Å“Bapak saya merasa tersayat untuk bangkit ketika anaknya harus nonton teve tetangga karena kami belum memiliki televisi,†lanjutnya tentang kejadian masa kecil puluhan tahun lalu.
Kini, jangankan nonton teve, membeli stasiun teve pun, rasanya Anif mampu. Namun Musa, sang putra mahkota, memilih tidak membeli stasiun teve, melainkan membangun sirkuit balap mobil. Tak lama lagi dia juga akan menjadi distributor Harley-Davidson di Sum-Ut. “Ah, itu cuma untuk menyalurkan hobi saya,†tutur pria berdarah Arab itu kalem.
Selasa, 16 Februari 2010Bagi masyarakat Sumatera Utara, nama Anif Shah dikenal cukup luas, terutama karena kedermawanan dan kesuksesannya sebagai pengusaha. Anif adalah pengusaha sekaligus pemilik Grup Anugerah Langkat Makmur (Alam) yang bisnisnya mencakup bidang perkebunan dan pabrik kelapa sawit, properti, kompos, SPBU, sarang burung walet, dll. Anif dan keluarganya juga aktif di berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan Sum-Ut.
Tonggak popularitas Anif, antara lain, sukses membangun megaperumahan mewah di Medan, Kompleks Cemara Asri dan Cemara Abadi. Maklum, kompleks perumahan ini terbilang paling mewah di Medan, selain Kompleks Setiabudi, dengan harga per unit di atas Rp 2,5 miliar. “Kami punya sekitar 300 hektare tanah di kompleks ini, tetapi yang dibuka baru 130 ha,” kata Musa Rajecksjah, putra Anif yang ditugasi sebagai Dirut Alam.
Anif mulai menggeluti bisnis perkebunan sawit tahun 1982. “Waktu itu perkebunan sawit di Sum-Ut belum populer. Tanah masih murah dan pemainnya sedikit,” ujar Musa yang juga pembalap dan Ketua IMI Sum-Ut itu. Anif mulai membuka usaha perkebunan dengan skala kecil. Awalnya hanya sekitar 1.500 ha di Langkat. Namun, dari situ terus dikembangkan. Mulanya hanya punya lahan di Langkat, kini sudah punya di Deli Serdang, Mandailing Natal dan Riau. “Total lahan kami sekitar 30 ribu ha,” kata Musa yang mulai dilibatkan mengelola bisnis sawit keluarga pada 2004. Yang jelas, meski sudah punya pabrik pengolahan kelapa sawit di Langkat, Alam berencana membangun empat pabrik lagi.
Salah satu yang menonjol dari perkebunan Grup Alam dibanding perkebunan swasta lainnya ialah soal manajemen plasma dan kemitraan dengan petani. Alam memang ingin maju bersama petani di lingkungan kebunnya. Tak mengherankan, di Mandailing Natal Alam punya 3.000 petani plasma dan di Langkat memiliki 233 KK. Sementara perusahaan perkebunan lain, sesuai dengan aturan pemerintah, memberi lahan ke petani plasma per KK seluas 2 ha, Alam memberi lahan seluas 3 ha per KK. “Karena itu, di kebun kami hubungan dengan petani sangat baik dan kami beberapa kali mendapatkan penghargaan dari pemerintah,” papar Musa yang juga menjelaskan, kebun dan pabriknya pernah dijadikan studi banding oleh Kementerian Pertanian Belanda.
Musa yang biasa dipanggil Ijeck bertekad mengembangkan bisnis perkebunan keluarganya dan ke depan bisnis perkebunan akan menjadi inti, selain pengembangan perumahan. Tak aneh, meski perusahaan daerah, pihaknya serius belajar manajemen modern dengan mengundang konsultan ISO dunia, TÃœV Rheinland Group. “Awalnya hanya ingin belajar dari mereka, tidak tahunya mereka menyarankan sekalian sertifikasi dan audit,” tutur penggemar Harley-Davidson ini seraya menjelaskan, perusahaannya telah mendapatkan ISO 9001:2000.
Karena implementasi konsep manajemen modern pula, ketika harga CPO pernah jatuh tahun 2008, pihaknya bisa selamat. “Waktu itu kami sempat rugi tiga bulan. Cuma karena kami bisa mengelola cadangan dana, kami bisa selamat,” ujarnya. Ini berbeda dari para petani lain yang banyak gulung tikar karena tidak mengelola dana cadangan dengan baik.
Selain perkebunan, properti dan SPBU, Grup Alam juga sudah mulai memasuki bisnis pembuatan kompos dengan mengolah limbah CPO. Adapun bisnis walet gua di pinggiran Sum-Ut lebih banyak dimanfaatkan untuk membantu masyarakat di tiga desa di sekitar gua, baik untuk mendirikan sekolah, menaikkan haji petani maupun memberi beasiwa. “Bisnis walet sudah tidak kami konsolidasikan keuangannya ke Grup karena bapak saya maunya untuk kegiatan sosial saja,” tutur Musa.
Menurut Musa, ayahandanya memang banyak berderma sebagai bagian dari syukur karena diberi kemurahan rezeki oleh Yang di Atas. “Orang tua saya dulu orang susah. Pernah karena nggak punya beras, lalu beras yang ada dijadikan bubur supaya bisa dibagi banyak orang, 9 anak,†ujarnya mengenang sang ayahn. â€Å“Bapak saya merasa tersayat untuk bangkit ketika anaknya harus nonton teve tetangga karena kami belum memiliki televisi,†lanjutnya tentang kejadian masa kecil puluhan tahun lalu.
Kini, jangankan nonton teve, membeli stasiun teve pun, rasanya Anif mampu. Namun Musa, sang putra mahkota, memilih tidak membeli stasiun teve, melainkan membangun sirkuit balap mobil. Tak lama lagi dia juga akan menjadi distributor Harley-Davidson di Sum-Ut. “Ah, itu cuma untuk menyalurkan hobi saya,†tutur pria berdarah Arab itu kalem.
Jumat, 25 Oktober 2013
Kamis, 24 Oktober 2013
Suara Perempuan Indonesia.
lebih baik tidak menjadi siapa-siapa daripada bsrambisi menjadi pemimpin dengan alasan turun tangan memenuhi panggilan tugas mengabdi
kepada negara namun tidak tahunya hanya karena mendapatkan undangan untuk
berselingkuh dengan partai penguasa yang dikenal korup dan gagal guna mengikuti konvensi capresnya...
capres demokrat mengabdi negara dari
hongkong? bersama partai penguasa berarti anis
hanya akan melanggengkan kekuasaan mereka yang korup.
kita masih akan disuguhi parade wakil rakyat dr
dinasti cikeas, artis2 g jelas ( venna malinda, inggrid kansil,
komar dll) badut2 macam ruhut, sutan batughana, jero wacik, syarif hasan, marzuki ali
dkk )
Kita yang memiliki rasa keadilan dan mengecam
kecurangan tentunya tidak boleh mengaburkan
dan menghapus fakta bahwa Mereka mempunyai sejarah panjang dua periode di negeri ini, sehingga mereka tak mungkin begitu saja
melepas ‘kenikmatan
berkuasa ’ dengan legowo.
Mengingat kegagalannya dalam berkuasa, Sudah saatnya partai demokrat beserta kroninya kita tinggalkan.
Perbuatan menghindari mereka adalah keselamatan negeri yang sesungguhnya, itulah keselamatan hakiki. Tidak hanya selamat untuk
diri anda sendiri, tetapi
berusaha menolong rakyat selamat dari perbuatannya yang tidak baik
— bersamaNursyahbani Katjasungkana dan 52 lainnya.kepada negara namun tidak tahunya hanya karena mendapatkan undangan untuk
berselingkuh dengan partai penguasa yang dikenal korup dan gagal guna mengikuti konvensi capresnya...
capres demokrat mengabdi negara dari
hongkong? bersama partai penguasa berarti anis
hanya akan melanggengkan kekuasaan mereka yang korup.
kita masih akan disuguhi parade wakil rakyat dr
dinasti cikeas, artis2 g jelas ( venna malinda, inggrid kansil,
komar dll) badut2 macam ruhut, sutan batughana, jero wacik, syarif hasan, marzuki ali
dkk )
Kita yang memiliki rasa keadilan dan mengecam
kecurangan tentunya tidak boleh mengaburkan
dan menghapus fakta bahwa Mereka mempunyai sejarah panjang dua periode di negeri ini, sehingga mereka tak mungkin begitu saja
melepas ‘kenikmatan
berkuasa ’ dengan legowo.
Mengingat kegagalannya dalam berkuasa, Sudah saatnya partai demokrat beserta kroninya kita tinggalkan.
Perbuatan menghindari mereka adalah keselamatan negeri yang sesungguhnya, itulah keselamatan hakiki. Tidak hanya selamat untuk
diri anda sendiri, tetapi
berusaha menolong rakyat selamat dari perbuatannya yang tidak baik
Jumat, 18 Oktober 2013
Kamis, 17 Oktober 2013
Sabtu, 05 Oktober 2013
Catatan 19 Desember 1948
17 Agustus 1945 : Indonesia merdeka.
19 Agustus 1945 :
- Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dalam sidang kedua memutuskan pembagian wilayah Republik Indonesia dalam delapan provinsi: Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sunda Kecil, Maluku, Sulawesi, dan Kalimantan.
- Dalam Undang-Undang Dasar 1945 tidak tercantum “wilayah negara Republik Indonesia”. Namun, para founding fathers menetapkan wilayah negara Indonesia adalah bekas Hindia Belanda. Penetapan ini mengacu pada Ordonansi Hindia Belanda 1939: Territoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonantie 1939 (TZMKO 1939). Pulau-pulau di wilayah ini dipisahkan laut di sekelilingnya. Setiap pulau punya laut di sekelilingnya sejauh 3 mil dari garis pantai.
10 November 1946 : Perundingan Indonesia-Belanda digelar di Linggarjati, di kaki Gunung Ciremai, Cirebon. Belanda hanya mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia yang meliputi Sumatera, Jawa, dan Madura.
21 Juli 1947 : Agresi Militer Belanda I. Belanda menduduki sebagian wilayah Republik Indonesia dan membentuk Garis van Mook.
8 Desember 1947 : Perundingan di atas kapal Angkatan Laut Amerika Serikat, USSRenville, mendesak Belanda mengembalikan daerah-daerah yang didudukinya ke Indonesia, yakni Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Bangka Belitung, Riau, Sulawesi Selatan, Minahasa, Manado, Bali, Lombok, Timor, Sangihe Talaud, Maluku Utara, Maluku Selatan, dan Papua.
19 Desember 1948 : Belanda tak mengakui Perjanjian Renville dan menggelar Agresi Militer II di Yogyakarta.
Cerita Amriki di PRRI dan CIA di Permesta
“Hatta… Kau benar,”katanya dalam bahasa Belanda. Hatta tidak merespon kata-kata itu. Ia hanya tepekur. Sedih. Dan tentunya itu bukan sebuah kepura-puraan.Waktu kemudian menjadi saksi, pertemuan dua sahabat yang mengantarkan kelahiran bayi bernama Indonesia itu, adalah pertemuan terakhir kalinya. Beberapa hari kemudian, tepatnya 21 Juni 1970 Soekarno pun pergi untuk selamanya.
Saat mendengar Soekarno meninggal, konon Hatta terdiam lama. Saya yakin, itu adalah sebentuk rasa kesedihan yang luar biasa bagi laki-laki sederhana tersebut. Ya, Hatta tak mungkin melenyapkan Soekarno dari benaknya. Sejak 1932, mereka berdua telah berteman dan bahu membahu berjuang mendirikan Indonesia sekaligus merawatnya.
1 Desember 1956.Wakil Presiden Mohammad Hatta, resmi melepaskan jabatannya. Surat pengunduran diri Hatta sebenarnya sudah dikirim jauh-jauh hari sebelum itu yaitu pada 20 Juli 1954. Dwi tunggal Soekarno-Hatta, mulai hari itu juga, resmi tanggal. Berpisah jalan.
Meski telah mengundurkan diri, namun banyak pihak yang menginginkan agar Hatta bisa kembali aktif di pemerintahan. Beberapa agenda dan pertemuan digelar untuk menjajaki kemungkinkan ke arah itu.
Pada bulan September 1957, atas prakarsa Perdana Menteri Ir Djuanda, digelar Musyawarah Nasional yang membahas kemungkinan rekonsiliasi antara Soekarno-Hatta. Beberapa anggota DPR juga mengajukan mosi mengenai pemulihan kerja sama antara Soekarno-Hatta. DPR sendiri kemudian menerima mosi tersebut dan menyepakati dibentuknya panitia Ad Hoc untuk mencari dan merumuskan bentuk kerja sama yang baru antara Soekarno-Hatta. Panitia tersebut resmi dibentuk pada 29 September 1957 dan dikenal sebagai Panitia Sembilan.
Selasa, 20 Agustus 2013
5 Instruksi dari Jero Wacik Dkk untuk SKK Migas
- Penulis :
- Ihsanuddin
- Selasa, 20 Agustus 2013
JAKARTA, KOMPAS.com — Pelaksana Tugas (Plt) SKK Migas Johanes Widjonarko mengatakan telah menerima lima instruksi dari Komisi Pengawas SKK Migas yang dipimpin oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik terkait kasus dugaan suap yang menyeret Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini. Instruksi tersebut, lanjutnya, tertuang dalam Surat Keputusan 010/SKK/P/000/2013 mengenai perbaikan dalam industri migas.
"Surat keputusan tersebut sudah diterbitkan sejak Senin kemarin (19/8/2013). Ini agar langkah pembenahan SKK Migas agar industri migas mendatang berjalan lebih baik," ujar Johanes dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (20/8/2013).
Komite Pengawas itu juga beranggotakan Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati, Kepala BKPM Chatib Basri, dan Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo. Instruksi pertama yang diberikan adalah mendukung sepenuhnya upaya KPK menyelesaikan kasus hukum kepada mantan Kepala SKK Migas hingga tuntas.
Kedua, SKK Migas diminta melakukan langkah apa pun dalam rangka reformasi birokrasi di internal dan memastikan adanya tata kelola yang baik, efisien, efektif, transparan, akuntabel, bebas KKN.
"Ketiga, menjaga tata kelola dengan menjalankan proses bisnis sesuai peraturan perundangan," kata Johanes.
Keempat, Komite Pengawas juga meminta seluruh jajaran SKK Migas memegang teguh kode etik, profesionalisme, dan fakta integritas dalam menjalankan proses bisnis migas.
"Kelima, penelaahan terhadap seluruh proses bisnis di SKK Migas adalah dengan bekerja sama dengan institusi seperti KPK, BPK, dan lembaga kompeten lainnya," tambahnya kemudian.
Setelah Rudi ditangkap oleh KPK, SKK Migas menjadi sorotan publik belakangan ini. Rudi diduga menerima menerima suap dari Kernel Oil Pte Ltd. Bersama Rudi, KPK juga menangkap dua orang lain dari pihak swasta tersebut, yakni Simon Gunawan dan Deviardi.
KPK menyita uang senilai 400.000 dollar AS, 90.000 dollar AS, dan 127.000 dollar Singapura dari kediaman Rudi. KPK juga menyita sepeda motor mewah bermerek BMW dengan pelat nomor B-3946-FT. Tim penyidik KPK juga telah menggeledah sejumlah tempat, termasuk ruangan Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Waryono Karno.
Dalam penggeledahan tersebut, penyidik KPK menyita uang tunai 200.000 dollar AS dalam sebuah tas hitam. Asal usul uang itu masih diselidiki KPK. Dalam penggeledahan di ruangan Rudi di kantor SKK Migas, penyidik menyita uang lain dalam bentuk dollar Singapura senilai 60.000, 2.000 dollar AS, dan kepingan emas seberat 180 gram. Bukan hanya itu, penyidik juga menemukan uang dalam deposit box Rudi di Bank Mandiri, Jakarta, senilai total 350.000 dollar AS.
Editor : Caroline Damanik
Ik
Minggu, 18 Agustus 2013
KPK: Ada yang Disembunyikan Rudi Rubiandini..
JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Bambang Widjojanto mengungkapkan, tersangka kasus dugaan penerimaan suap kegiatan hulu minyak dan gas Rudi Rubiandini belum sepenuhnya kooperatif kepada KPK. Sejauh ini, kata Bambang, ada sesuatu yang masih disembunyikan Rudi.
"Ada sesuatu yang disembunyikan, belum sepenuhnya membuka diri," kata Bambang di Jakarta, Jumat (15/8/2013).
Belum semua informasi terkait serah terima uang yang diungkapkan Rudi kepada penyidik KPK. "Pas ditangkap, dia menunjukkan tasnya, dia bekerja sama. Tapi, belum dibuka semuanya. Kami berdoa Pak RR ini dapat hidayah di bulan Syawal," tutur Bambang.
Sejauh ini, menurutnya, Rudi belum memenuhi syarat sebagai justice collaborator atau pelaku yang bekerja sama mengungkap suatu kasus. Dalam kasus ini, KPK menetapkan Rudi sebagai tersangka penerimaan suap. Lembaga antikorupsi itu juga menjerat seorang pelatih golf bernama Deviardi alias Ardi, serta petinggi dari PT Kernel Oil Private Limited, Simon Gunawan Tanjaya.
Diduga, Rudi dan Ardi menerima suap dari Simon terkait pengelolaan kegiatan hulu migas di lingkungan SKK Migas. Ditemukan uang 400.000 dollar AS, 90.000 dollar AS, dan 127.000 dollar Singapura dari kediaman Rudi. KPK juga menyita uang 200.000 dollar AS di kediaman Ardi, 200.000 dollar AS di ruang Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Waryono Karno, serta uang 320.100 dollar AS milik Rudi yang disimpan di Bank Mandiri.
Menurut pemberitaan Tempo, kepada penyidik KPK, Rudi mengatakan kalau uang 200.000 dollar AS tersebut akan diberikan kepada Menteri ESDM Jero Wacik. Saat dikonfirmasi, Bambang mengatakan bahwa Rudi belum menyampaikan informasi demikian.
Meskipun begitu, menurut Bambang, KPK tetap mengembangkan penyidikan kasus ini. Jika ditemukan dua alat bukti yang cukup, bukan tidak mungkin KPK menetapkan tersangka baru.
Editor : Hindra Liauw
Presiden Didorong Bubarkan SKK Migas
JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didorong membubarkan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas). Dorongan ini disampaikan pasca-penangkapan Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini oleh KPK, Selasa (13/8/2013) malam.
"SKK Migas hanyalah bentuk lain dari BP Migas yang sudah dibubarkan oleh Mahkamah Konstitusi," kata Koordinator Gerakan Menegakkan Kedaulatan Negara (GMKN) Din Syamsuddin di Gedung KPK, Jakarta, Kamis (15/8/2013).
Din adalah salah satu pihak yang pernah mengajukan judicial review Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi yang mengatur tugas dan fungsi Badan Pelaksana Minyak dan Gas Bumi (BP Migas). Mahkamah Konstitusi (MK) mengabulkan uji materi itu dan BP Migas dibubarkan. Kemudian, pemerintah, melalui keputusan presiden (keppres), mengganti BP Migas dengan SKK Migas.
Menurut Din, pergantian BP Migas menjadi SKK Migas bukan solusi. Ibaratnya, institusi tersebut berganti baju saja. "Kenapa Presiden SBY mengganti baju BP Migas jadi SKK Migas yang ternyata penuh dengan korupsi ini?" lanjut Ketua PP Muhammadiyah itu.
Politisi Partai Golkar, Fahmi Idris, yang juga tergabung dalam GMNK, menambahkan, pembentukan SKK Migas hanya mengulangi kelemahan yang ada di BP Migas. Salah satunya ialah lemahnya unsur pengawasan pada SKK Migas. Pengawasan internal dinilai tidak berjalan, sementara pengawasan eksternal tidak ada.
"Unsur pengawasan yang ada itu unsur yang sifatnya internal. Kalaupun memang ada, unsur pimpinan lembaga dalam hal ini menteri. Tetapi, kami lihat efektivitasnya tidak ada. Buktinya ketika terjadi itu (penangkapan Kepala SKK Migas) menterinya saja kaget. Artinya, unsur pengawasan tidak ada," terang Fahmi.
Seperti diketahui, KPK saat ini tengah mengusut kasus dugaan korupsi di sektor migas yang diduga melibatkan Rudi. Rudi dan pelatih golf, Deviardi alias Ardi, diduga menerima suap dari petinggi PT Kernel Oil Private Limited (KOPL) terkait kegiatan yang termasuk lingkup atau wewenang oleh SKK Migas.
Dari rumah mantan Wamen ESDM itu, KPK menyita uang senilai 400.000 dollar AS dan motor berkapasitas mesin besar merek BMW. Dalam pengembangannya, KPK menyita 90.000 dollar AS dan 127.000 dollar Singapura.
Di rumah Ardi, KPK juga menyita 200.000 dollar AS. Uang itu diduga pemberian dari Simon. Rudi dan Ardi diduga melanggar Pasal 12 huruf a dan b atau Pasal 5 Ayat 2 atau Pasal 11 Undang-Undang Tipikor jo pasal 55 Ayat satu ke-1.
Sementara Simon diduga melanggar Pasal 6 Ayat 1 huruf a dan b atau Pasal 13 jo 55 Ayat 1 ke-1 KUHP. Rudi dan Ardi saat ini ditahan di Rutan KPK, sementara Simon ditahan di Rutan Guntur.
Editor : Hindra Liauw
Selasa, 06 Agustus 2013
Pitaruah Ayah
|
Jumat, 02 Agustus 2013
Oslan Husein
Oslan Husein (lahir di Padang, Sumatra Barat, 8 April 1931 – meninggal di Jakarta, 16 Agustus 1972 pada umur 41 tahun) , terkenal dengan sebutan Oslan, adalah seorang penyanyi dan aktor Indonesia. Pada era 50-an Oslan terkenal karena menyanyikan lagu-lagu berbahasa Minang. Salah satu lagu yang sangat populer dibawakannya adalah “Kampuang Nan Jauh di Mato”. Oslan Husein Oslan Husein anak ke empat dari tujuh bersaudara, ayahnya seorang pedagang kain Para Karambia bernama Husein. Oslan menghabiskan masa kecilnya di Padang, dan memulai menyukai seni suara sejak masih duduk di Daisan Kotogomikun Gakko (sekarang Sekolah Dasar). Kemudian terus berlanjut hingga SMP. Menginjak SMA karena berbagai hal Oslan tidak menyelesaikan sekolahnya hingga tamat, kebetulan masa SMA Oslan berdekatan dengan masa kemerdekaan Republik Indonesia. Saat menjadi Tentara Pelajar Oslan sering menyanyi untuk menghibur dan membangkitkan semangat kawan-kawannya.[1] Pengalaman bernyanyi pertama kali didapatinya, saat dia mencoba mengamen dengan menyenandungkan ayat-ayat suci Al-Quran di depan gerbang sebuah pasar malam di Padang, kemudian banyak orang yang tertarik dan memberinya uang. Dari pengalaman tersebut Oslan yakin, bahwa dengan tarik suara bisa mendatangkan uang. Oslan juga memiliki selera humor yang cukup tinggi, tetapi dalam menghibur dia sadar, bahwa dia tak akan bisa menjadi seorang pelawak. Timbre suaranya memiliki karakter yang cukup unik, ada sedikit warna genit pada gaya menyanyi popnya.[1] Pada tahun 1950, ketika usianya baru 19 tahun, Oslan nekad merantau ke Jakarta. Di Jakarta dulu ia tinggal di seputar daerah Keramat Sentiong. Oslan mulai mencari-cari pekerjaan di Jakarta, Ia sempat bekerja pada Departemen Pekerjaan Umum (DPU). Pada suatu waktu bertemulah Oslan dengan sahabat lamanya yang bernama Alwi, kelak orang inilah yang sangat berjasa pada karir Oslan. Kemudian Alwi mencoba membawa dan mengenalkan Oslan pada sebuah grup musik yang bernama Kinantan. Tiga tahun kemudian bersama grup musik tersebut, Oslan mulai bersentuhan dengan dunia film. Seperti pada film “Harimau Tjampa“ (1953). Setelah itu ada beberapa film lagi yang soundtracknya dinyanyikan oleh Oslan. Diantaranya “Arini”(1955), “Daerah Hilang” (1956).[2] Pada masa itu ketenaran Oslan sebagai penyanyi lagu daerah Minang semakin meningkat bersama band “Teruna Ria” yang didirikannya bersama Moes DS pada tahun 1959. Ombak buruih, Urang Tolong, Sinandi-Nandi Menjajah Pasar, adalah beberapa lagu populer yang dinyanyikan Oslan bersama orkes Teruna Ria. Ketenaran Oslan telah dapat disejajarkan dengan orkes-orkes terkenal lainnya seperti Orkes Gumarang dan Orkes Kumbang Tjari. Namun Oslan baru muncul di layar putih pada tahun 1961 lewat film yang berjudul “Detik Detik Berbahaya” , sebagai Pemeran Pembantu bersama sahabat lamanya Alwi, kemudian juga pada film “Seribu Langkah” dan “Kasih Tak Sampai“.[2] Dalam film “Hadiah 2.000.000.” dia menjadi Peran Utama, juga bersama Alwi. Tetapi setelah itu dia lebih banyak memegang Peran Pembantu, diantaranya dalam “Antara Timur dan Barat“ (1963), “Madju Tak Gentar“ (1965), “Belaian Kasih“ (1966). Semenjak tahun 1967, Oslan lebih banyak muncul di panggung sebagai penyanyi dan pelawak bersama kawan duetnya Alwi. Lalu di tahun 1970 bersama Ernie Djohan mereka membentuk grup Erosa (Erni – Oslan – Alwi). Sebagi pengisi tetap acara Siaran ABRI RRI Studio Jakarta. Ia meninggal setelah menderita sakit yang cukup lama di Rumah Sakit Ancol, Jakarta. Filmografi Detik-Detik Berbahaya. 1000 Langkah (1961) Kasih Tak Sampai (1961) Hadiah 2.000.000 – (1962) Antara Timur dan Barat – (1963) Maut Mendjelang Magrib – (1963) Madju Tak Gentar – (1965) Operasi Hansip 13 – (1965) Belaian Kasih – (1966) Perpisahan Oslan Husein Oslan Husein telah tiada. ia meninggal di RS Ancol Jakarta, dalam usia 41 tahun. selain sebagai penyanyi, ia duet dengan Alwi. lagu Kampuang Nan Jauh Dimato, Ombak Buruih, adalah sebagian lagunya. PADA saat terahir dia tidak menyanyi, meskipun dia seorang penyanyi yang baik. Di rumah Sakit Ancol sejak bulan Pebruari yang lalu, dia memegang hari-harinya yang penghabisan. Kawan-kawannya banyak bersimpati, tetapi hanya simpati. Maut menghampiri tubuhnya yang tipis dan membawa nyawanya pergi pada usia yang ke-41. Usia yang sesungguhnya masih banyak mempunyai harapan. “la seorang kawan yang tak pernah minta balas jasa”, puji teman seperjalanannya sejak tahun 1958 yang beranama Alwi. Kawan ini dapat bercerita banyak kisah perantaun Oslan dari tanah Minang sampai ke Kramat Sentiong Jakarta. Oslan Husein nomor empat dalam 7 bersaudara, keturunan pedagang kain Para Karambia yang bernama Husein itu, telah menemukan dirinya di Jakarta di awal tahun 1950. Rupanya disamping memiliki sisa keuletan sebagai bekas Tentara Pelajar, ia juga pandai menghibur. Namun sebagaimana kata Alwi Oslan bukan pelawak, walaupun memang kelihatan selera humornya lumayan. Dia tidak salah memilih bidang, sehingga tersalurlah suaranya yang lantang dan penuh getaran itu dalam rekaman-rekaman yang digemari orang ramai. Gelombang suaranya yang memberi warna genit kepada seni vocal pop yang mulai tumbuh menempatkan lagu-lagunya seperti: Kampuang nan djauh dimato, Ombak buruih, Urang Tolong, Sinandi-nandi menjajah pasar. Dengan orkes bernama Taruna Ria, Oslan dapat menjajarkan dirinya setempat dengan orkes Gumarang dan Kumbang Tjari. Negara. Diluar jabatan penyanyi duet Alwi dengan Oslan sebagai pelawak, memang tidak berhasil. Tetapi toh tjukup membuat segar film-film dimana ia ikut menunjukkan tampangnya yang has. Sejak film bernama “Detik-Detik Berbahaya” tidak kurang dari 30 buah film yang dicampurinya. Dari sana kegiatannya merembes ke panggung-panggung hiburan. Perbedaan menjolok antara struktur tubuh dan materi suaranya, membuat ia selalu muncul dengan menarik. Apalagi segores kumis tipis yang tak mau dikeroknya, mengumpulkan kesan optimis diatas mukanya yang selalu cerah, walau pundaknya yang sedikit lengkung membayangkan suatu derita. Terahir dia muncul di panggung tatkala menjadi pembawa acara dalam malam halal bihalal perantau-perantau Minang awal tahun ini. Di sana dengan lucunya Oslan bertegur sapa dengan para pencopet, agar sementara waktu menghentikan kegiatannya. Ahir Juli yang lalu, Oslan masih sempat pulang ke rumahnya dan nonton permainan raja bola Pele. Kepergiannya kembali ke RS Ancol ternyata merupakan perpisahan selamanya dengan Kramat Sentiong dimana Darlius Nida isterinya kemudian menumpahkan air mata untuknya. “Almarhum hanya bilang akan keluar kota”, kata Alimir Husein, adik Oslan mengenang peristiwa itu dengan perasaan terharu. Sementara itu Alwi, sempat mendengar kalimat berharga Oslan menjelang kepergiannya. “Kalau saya meninggal”, demikian kata penyanyi gigih itu, “saya baru memberi sedikit saja buat negara dan bangsa”. Tempo Edisi. 26/II/02 – 8 September 1972 Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Oslan_Husein http://oplet.blogspot.com/2007/06/oslan-husein.html ©ourtesy of http://laguminanglamo.wordpress.com/
Langganan:
Postingan (Atom)
2 KOMENTAR: