Kamis, 24 Oktober 2013

Suara Perempuan Indonesia.



lebih baik tidak menjadi siapa-siapa daripada bsrambisi menjadi pemimpin dengan alasan turun tangan memenuhi panggilan tugas mengabdi
kepada negara namun tidak tahunya hanya karena mendapatkan undangan untuk
berselingkuh dengan partai penguasa yang dikenal korup dan gagal guna mengikuti konvensi capresnya...

capres demokrat mengabdi negara dari
hongkong? bersama partai penguasa berarti anis
hanya akan melanggengkan kekuasaan mereka yang korup.
kita masih akan disuguhi parade wakil rakyat dr
dinasti cikeas, artis2 g jelas ( venna malinda, inggrid kansil,
komar dll) badut2 macam ruhut, sutan batughana, jero wacik, syarif hasan, marzuki ali
dkk )

Kita yang memiliki rasa keadilan dan mengecam
kecurangan tentunya tidak boleh mengaburkan
dan menghapus fakta bahwa Mereka mempunyai sejarah panjang dua periode di negeri ini, sehingga mereka tak mungkin begitu saja
melepas ‘kenikmatan
berkuasa ’ dengan legowo.

Mengingat kegagalannya dalam berkuasa, Sudah saatnya partai demokrat beserta kroninya kita tinggalkan.

Perbuatan menghindari mereka adalah keselamatan negeri yang sesungguhnya, itulah keselamatan hakiki. Tidak hanya selamat untuk
diri anda sendiri, tetapi
berusaha menolong rakyat selamat dari perbuatannya yang tidak baik
 — bersamaNursyahbani Katjasungkana dan 52 lainnya.



Foto: lebih baik tidak menjadi siapa-siapa daripada bsrambisi menjadi pemimpin dengan alasan turun tangan memenuhi panggilan tugas mengabdi
kepada negara namun tidak tahunya hanya karena mendapatkan undangan untuk
berselingkuh dengan partai penguasa yang dikenal korup dan gagal guna mengikuti konvensi capresnya...

capres demokrat mengabdi negara dari
hongkong? bersama partai penguasa berarti anis 
hanya akan melanggengkan kekuasaan mereka yang korup.
kita masih akan disuguhi parade wakil rakyat dr
dinasti cikeas, artis2 g jelas ( venna malinda, inggrid kansil,
komar dll) badut2 macam ruhut, sutan batughana, jero wacik, syarif hasan, marzuki ali
dkk )

Kita yang memiliki rasa keadilan dan mengecam
kecurangan tentunya tidak boleh mengaburkan
dan menghapus fakta bahwa Mereka mempunyai sejarah panjang dua periode di negeri ini, sehingga mereka tak mungkin begitu saja
melepas ‘kenikmatan
berkuasa ’ dengan legowo.

Mengingat kegagalannya dalam berkuasa, Sudah saatnya partai demokrat beserta kroninya kita tinggalkan.

Perbuatan menghindari mereka adalah keselamatan negeri yang sesungguhnya, itulah keselamatan hakiki. Tidak hanya selamat untuk
diri anda sendiri, tetapi
berusaha menolong rakyat selamat dari perbuatannya yang tidak baik

Sabtu, 05 Oktober 2013

Catatan 19 Desember 1948

17 Agustus 1945  : Indonesia merdeka.
19 Agustus 1945 :
  • Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dalam sidang kedua memutuskan pembagian wilayah Republik Indonesia dalam delapan provinsi: Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sunda Kecil, Maluku, Sulawesi, dan Kalimantan.
  • Dalam Undang-Undang Dasar 1945 tidak tercantum “wilayah negara Republik Indonesia”. Namun, para founding fathers menetapkan wilayah negara Indonesia adalah bekas Hindia Belanda. Penetapan ini mengacu pada Ordonansi Hindia Belanda 1939: Territoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonantie 1939 (TZMKO 1939). Pulau-pulau di wilayah ini dipisahkan laut di sekelilingnya. Setiap pulau punya laut di sekelilingnya sejauh 3 mil dari garis pantai.
10 November 1946 : Perundingan Indonesia-Belanda digelar di Linggarjati, di kaki Gunung Ciremai, Cirebon. Belanda hanya mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia yang meliputi Sumatera, Jawa, dan Madura.
21 Juli 1947 : Agresi Militer Belanda I. Belanda menduduki sebagian wilayah Republik Indonesia dan membentuk Garis van Mook.
8 Desember 1947 : Perundingan di atas kapal Angkatan Laut Amerika Serikat, USSRenville, mendesak Belanda mengembalikan daerah-daerah yang didudukinya ke Indonesia, yakni Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Bangka Belitung, Riau, Sulawesi Selatan, Minahasa, Manado, Bali, Lombok, Timor, Sangihe Talaud, Maluku Utara, Maluku Selatan, dan Papua.
19 Desember 1948  : Belanda tak mengakui Perjanjian Renville dan menggelar Agresi Militer II di Yogyakarta.

Cerita Amriki di PRRI dan CIA di Permesta

Hatta… Kau benar,”katanya dalam bahasa Belanda. Hatta tidak merespon kata-kata itu. Ia hanya tepekur. Sedih. Dan tentunya itu bukan sebuah kepura-puraan.Waktu kemudian menjadi saksi, pertemuan dua sahabat yang mengantarkan kelahiran bayi bernama Indonesia itu, adalah pertemuan terakhir kalinya. Beberapa hari kemudian, tepatnya 21 Juni 1970 Soekarno pun pergi untuk selamanya.
Saat mendengar Soekarno meninggal, konon Hatta terdiam lama. Saya yakin, itu adalah sebentuk rasa kesedihan yang luar biasa bagi laki-laki sederhana tersebut. Ya, Hatta tak mungkin melenyapkan Soekarno dari benaknya. Sejak 1932, mereka berdua telah berteman dan bahu membahu berjuang mendirikan Indonesia sekaligus merawatnya.
1 Desember 1956.Wakil Presiden Mohammad Hatta, resmi melepaskan jabatannya. Surat pengunduran diri Hatta sebenarnya sudah dikirim jauh-jauh hari sebelum itu yaitu pada 20 Juli 1954. Dwi tunggal Soekarno-Hatta, mulai hari itu juga, resmi tanggal. Berpisah jalan.
Meski telah mengundurkan diri, namun banyak pihak yang menginginkan agar Hatta bisa kembali aktif di pemerintahan. Beberapa agenda dan pertemuan digelar untuk menjajaki kemungkinkan ke arah itu.
Pada bulan September 1957, atas prakarsa Perdana Menteri Ir Djuanda, digelar Musyawarah Nasional yang membahas kemungkinan rekonsiliasi antara Soekarno-Hatta. Beberapa anggota DPR juga mengajukan mosi mengenai pemulihan kerja sama antara Soekarno-Hatta. DPR sendiri kemudian menerima mosi tersebut dan menyepakati dibentuknya panitia Ad Hoc untuk mencari dan merumuskan bentuk kerja sama yang baru antara Soekarno-Hatta. Panitia tersebut resmi dibentuk pada 29 September 1957 dan dikenal sebagai Panitia Sembilan.